Laman

Rabu, 22 Desember 2010

Ibuku bermata satu

Sumber : KASIH LESTARI

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya. Dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan. Dia bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang keluarga.

Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah. “Ibumu bermata satu?... eeeee ejek seorang teman. Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini. Jadi kemudian aku katakan pada ibuku, “Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang , kenapa engkau tidak segera mati saja?!!!?
Ibuku diam tak bereaksi.

Aku merasa tidak enak, namun disaat yang sama, aku rasa aku harus mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini… Mungkin ini karena ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku telah sangat melukai perasaannya.

Malam itu... Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Ibuku sedang menangis disana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses .

Kemudian aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke Singapore. Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak anak juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku. Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika ...Apa ?! Siapa ini?! Ini adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang bermata satu.

Aku bertanya padanya, “Siapa kamu?!. Aku tidak mengenalmu! kukatakan seolah-olah itu benar. Aku memakinya, “Berani sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR DARI SINI!! SEKARANG JUGA! Ibuku hanya menjawab, “Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat.? Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.

Oh syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku kalau aku tidak akan khawatir, atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi merasa lebih lega…

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di Singapore. Jadi, aku berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas. Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.

Di sana, aku mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya… Sebuah surat untukku.

“Anakku. Aku rasa hidupku cukup sudah kini. Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi. Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni sekolah . Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi engkau Dan aku sangat menyesal karena aku hanya memiliki satu mata dan aku telah sangat memalukan dirimu.

Engkau tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu mata. Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu.

Aku sangat bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan. Beberapa kali engkau memarahiku. Aku berkata pada diriku, Ini karena ia mencintaiku ... setelah mendengar penjelasan mama, aku seperti disambar petir ribuan volt, kaki bergetar, lidahku keluh tidak bisa berkata apa-apa…oh..mamaku, maafkan ananda yang durhaka ini…demi diriku, engkau rela berkorban apapun…mama..ijinkan aku bersujud mencium kakimu…

"Kasih Ibu sepanjang jaman, Kasih Anak sepanjang Jalan ...."

Pengorbanan seorang Mama bagaikan pengorbanan langit & bumi kepada kita, tiada batas, tiada akhir, tiada pamrih dan tiada keluhan, hanya tahu memberi dan terus memberi. Jadilah manusia yang berbakti kepada orang tua, dengan berbakti kepada orang tua berarti berbakti langit dan bumi, bahkan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah kepribadian yang mulia. Kepribadian Sang Pengasih Sejati.

Senin, 15 November 2010

Apakah Nibbana ituh?

He who takes refuge in The Buddha, the Dharma and the Sangha sees with wisdom the Four Noble Truths : Suffering, The Cause of Suffering, The Cessation of Suffering, The Noble Eightfold Path leading to The Cessation of Suffering.

“Ia yang berlindung pada Sang Buddha, Dhamma dan Sangha niscaya menembus Empat Kebenaran Mulia dengan kebijaksanaan, yakni: penderitaan, sebab penderitaan, kepadaman penderitaan, dan jalan mulia berfaktor delapan yang membawa pada kepadaman penderitaan”. BUDDHA VAGGA XIV : 190

Apakah Nibbana itu ?

Suatu ketika Bhikku Sariputta tengah berdiam di Magadha di Nalakagama. Saat itu si pengelana Jambukhadaka mendekati Bhikku Sariputta dan menyapanya.

Setelah mereka mengakhiri sapa dan perbincangan yang hangat itu, Dia duduk disatu sisi dan berkata kepada Bhikku Sariputta :

"Sahabat Sariputta, dikatakan 'Nibbana, Nibbana ', Sekarang, apakah Nibbana ini ? "

" Hancurnya nafsu, hancurnya kebencian, hancurnya kegelapan batin :
inilah, sahabat yang disebut Nibbana"

" Namun, sahabat adakah suatu jalan, adakah suatu cara untuk mencapai Nibbana ini ?"

"Ada suatu jalan, sahabat, ada suatu cara untuk mencapai Nibbana ini"

"Dan sahabat, apakah jalan itu, apakah cara untuk mencapai Nibana ini ?"

"Sahabat, jalan tersebut adalah Jalan Mulia Berfaktor Delapan ini :
Yaitu Pandangan Benar, Pengupayaan Benar, Penyadaran Benar dan Pemusatan Benar.

Inilah jalannya, sahabat, inilah cara untuk mencapai Nibbana ini"

Semua ada waktunya dan bersiap diri adalah solusi

Beberapa hari kita tak saling menyapa, karena saa harus menjalankan tugas ke daerah.
Banyak yang khawatir, karena kunjungan saya ke daerah Jawa tengah , daerah yang dekat dengan Merapi, bahkan suami serta teman teman banyak yang menganjurkan untuk membatalkan kunjungan dan cepatlah kembali ke Jakarta.

Dalam hati saa sangat bahagia begitu banyak orang yang peduli dan mencintai saya, namun ada satu keyakinan yang selalu saya bawa sebagai iman hidup saya adalah , semua ada waktunya .

Tempat dimana saya singgah seakan jauh dari pemberitaan yang begitu menggebu ge

bu, disinilah saya belajar kebijaksanaan menampaikan informasi .

Sampai selesai kunjungan dan kembali ke Jakarta dengan selamat, pagi pagi dapat informasi dari mertua bahwa kereta setelahkereta saya anjlok.

Saudaraku, semua ada waktunya, selagi masih bisa mengisi hidup ini dengan kebajikan lakukanlah, tdk perlu pikirkan berapa lama lagi waktu buat kita, namun isilah waktu kita dengan sebaik baiknya.

salam alwas smile

melly kiong

Selasa, 26 Oktober 2010

syukur

"Manusia yang menginginkan berbagai objek indera, seperti misalnya: rumah, kebun, emas, uang, kuda, pelayan, handai taulan, dll, maka emosi yang kuat akan menguasainya, bahaya akan menghimpitnya, dan penderitaan akan mengikutinya bagaikan air yang masuk ke dalam kapal yang karam" SUTTA NIPATA – 769.

S Y U K U R...

KITA wajib mensyukuri apa pun yang menimpa KITA. Ini bukan masalah keberuntungan.

Bersyukur menuntun KITA untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa KITA tidak realistis.

Namun, sebenarnya sikap KITA jauh lebih realistis yaitu membebaskan diri KITA dari kecemasan atas kesalahan.

Bersyukur mendorong KITA untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tidak ada yang meringankan hidup KITA selain sikap bersyukur.

Semakin banyak KITA bersyukur semakin banyak KITA menerima. Semakin banyak KITA mengingkari, semakin berat beban yang KITA jejalkan pada diri KITA.

Kebanyakan orang lebih terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat pada keberhasilan lalu mensyukurinya. Karena, KITA tidak akan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah.

KITA berhasil karena berusaha. Sedangkan usaha KITA lakukan karena KITA melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukur sisi positif itu tampak di pandangan KITA.

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA : Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

• Website motivasi : www.peterlim-mba.com

Rabu, 22 September 2010

Mutiara Didalam Diri Kita

Na paresaæ vilomâni. Na paresaæ katâkataæ. Attano va avekkheyya. Katâni akatâni ca : Janganlah menghiraukan omongan orang lain yang menyakitkan telinga; janganlah ikut campur mengawasi tugas yang telah atau belum dikerjakan orang lain. Perhatikan dan periksalah tugas diri sendiri, baik yang sudah atau belum dilaksanakan. KHUDDAKA NIKAYA, ITIVUTAKA : 14

MUTIARA PENCERAHAN ITU ADA DALAM DIRI KITA

Ini sebuah kisah Zen. Alkisahnya, ada seekor kodok yang baru saja pergi dari berjalan – jalan di daratan. Ketika kembali berenang di kolam, dia bertemu dengan seekor ikan mas yang telah mengenalnya.

“Halo Tuan Kodok, Anda dari mana saja ?”, “Oh, saya baru saja datang dari berjalan – jalan di daratan”, jawab Sang Kodok.

“Daratan ? Apa itu daratan ? Saya belum pernah mendengar ada tempat yang bernama daratan”.

“Daratan adalah tempat di mana Anda dapat berjalan – jalan diatasnya”, Sang Kodok mencoba menerangkan tentang daratan pada Si Ikan Mas.

“Oh ya, dapat berjalan – jalan diatasnya ? Saya tidak percaya bahwa Anda baru saja dari daratan. Menurut saya, tidak ada tempat yang disebut daratan”, Si Ikan Mas membantah dengan sengit.

“Baiklah jika Anda tidak percaya, yang pasti saya tadi memang datang dari daratan”, balas Sang Kodok dengan sabar.

“Tetapi, Tuan Kodok, coba katakan pada saya, apakah daratan itu dapat dibuat gelembung, jika saya bernafas didalamnya ?”

“Tidak”. “Apakah saya dapat menggerakkan sirip – sirip saya didalamnya ?” “Tidak”. “Apakah tembus cahaya ?” “Tidak”. “Apakah saya dapat bergerak mengikuti gelombang ?” “Tidak, tentu saja”, jawab Sang Kodok dengan sabar.

“Nah, Tuan Kodok, saya sudah menanyakan Anda tentang daratan dan semua jawaban Anda adalah “Tidak” dan itu berarti daratan itu tidak ada”, Si Ikan Mas menjawab dengan perasaan puas.

“Baiklah, jika Anda berkesimpulan seperti itu. Yang jelas, saya tadi memang datang dari daratan dan daratan itu nyata adanya”, Sang Kodok menjawab sambil berlalu.

Si Ikan Mas, karena dia adalah seekor ikan yang hidupnya di air maka dia tidak pernah mengetahui bahwa ada dunia lain selain dunia airnya. Karena dia hanya mengenal dunia air maka semua pertanyaan yang diajukan tentang daratan, tetap berkaitan dengan dunia air.

Sebaliknya Sang Kodok, dia dapat hidup di dua dunia, dunia air dan daratan. Karenanya, Sang Kodok mengerti bahwa ada dunia lain selain dunia air tempat para ikan hidup.

Dia mengerti sepenuhnya dunia air, dia juga mengerti sepenuhnya daratan karena dia sudah mengalami pengalaman empiris di dua dunia itu.

Demikian pula dengan Sang Buddha. Sang Buddha mengerti sepenuhnya alam duniawi beserta segala fenomenanya dan Nibbana sebagai pembebasan dari segala fenomena.

Karena Beliau telah mengalami pengalaman empiris kehidupan duniawi dan pencapaian Nibbana.

Kita adalah si ikan mas yang keras kepala. Sepanjang kita belum pernah mengalami pencapaian Nibbana, seberapa hebatnya Sang Buddha menerangi tentang Nibbana, kita tidak akan mengerti.

Sang Bukan berarti gagal mencerahi kita. Kebodohan kita sendirilah yang menghalangi pencerahan yang mestinya terjadi.

Mutiara pencerahan itu ada dalam diri kita. Sang Buddha telah menunjukkan jalannya. Kini yang perlu kita lakukan hanyalah meneguhkan hati untuk menjalani jalan yang telah ditunjukkan tersebut.

Mengalami sendiri pencapaian Nibbana dan mengerti apakah Nibbana itu dengan sepenuhnya. Dan menjadi orang yang memenangi pertarungan yang sejati.

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Bersyukurlah Selalu

Sudassaæ vajjamaññesaæ – Attano pana duddasaæ – Paresaæ hi so vajjâni. – Opunâti yathâbhusaæ – Attano pana châdeti – Kaliæva kitavâ saöho : Sungguh mudah melihat kesalahan orang lain. Tetapi sungguh sulit melihat kesalahan sendiri. Kesalahan orang lain disebarluaskan seperti menaburkan sekam. Namun kesalahan sendiri ditutup rapat ibarat pemburu burung yang bersembunyi di balik dahan pohon. KHUDDAKA NIKAYA, KHUDDAKAPATHA SUTTANIPATA : 28

SELALULAH BERSYUKUR !!!

Seorang anak laki – laki tunanetra duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terletak di dekat kakinya. Dia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan : 'SAYA BUTA, TOLONG SAYA' Hanya ada beberapa keping uang di dalam topi itu.

Seorang pria berjalan melewati tempat anak ini. Dia mengambil beberapa keping uang dari sakunya dan menjatuhkannya ke dalam topi itu. Lalu dia mengambil papan, membaliknya dan menulis beberapa kata. Pria ini menaruh papan itu kembali sehingga orang yang lalu lalang dapat melihat apa yang dia baru tulis. Segera sesudahnya, topi itu pun terisi penuh. Semakin banyak orang memberi uang ke anak tuna netra ini.

Sore itu pria yang telah mengubah kata – kata di papan tersebut datang untuk melihat perkembangan yang terjadi. Anak ini mengenali langkah kakinya dan bertanya, : 'Apakah bapak yang telah mengubah tulisan di papanku tadi pagi ? Apa yang bapak tulis ?'

Pria itu berkata, : 'Saya hanya menuliskan sebuah kebenaran. Saya menyampaikan apa yang kamu telah tulis dengan cara yang berbeda' Apa yang dia telah tulis adalah : 'Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak bisa melihatnya'

Bukankah tulisan yang pertama dengan yang kedua sebenarnya sama saja ? Tentu arti kedua tulisan itu sama yaitu bahwa anak itu buta. Tetapi, tulisan yang pertama hanya mengatakan bahwa anak itu buta. Sedangkan, tulisan yang kedua mengatakan kepada orang – orang bahwa mereka sangatlah beruntung bahwa mereka dapat melihat.

Apakah kita perlu terkejut melihat tulisan yang kedua lebih efektif ?

MORAL DARI CERITA INI :

Bersyukurlah untuk segala yang telah Kita miliki. Jadilah kreatif dan innovatif.
Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda dan positif. Ajaklah orang – orang lain menuju hal – hal yang baik dengan hikmat. Jalani hidup ini tanpa dalih dan mengasihi tanpa rasa sesal.

Ketika hidup memberi engkau 100 alasan untuk menangis, tunjukkan pada hidup bahwa engkau memiliki 1000 alasan untuk tersenyum. Hadapi masa lalumu tanpa sesal. Tangani saat sekarang dengan percaya diri. Bersiaplah untuk masa depan tanpa rasa takut. Peganglah iman dan tanggalkan ketakutan.

Orang bijak berkata, : 'Hidup harus menjadi sebuah proses perbaikan yang terus berlanjut, membuang kejahatan dan mengembangkan kebaikan...Jika engkau ingin menjalani hidup tanpa rasa takut, engkau harus memiliki hati nurani yang baik sebagai tiketnya.

Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum...Tetapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau adalah alasan di belakangnya !

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Keunikan Agama Buddha

Evaæ anâvilamhi citte – So passati attadatthaæ paratthaæ :

Apabila airnya jernih, terlihatlah kerang, tiram, koral, pasir dan kumpulan ikan. Demikian pula, ...Apabila pikiran tidak keruh, tertampaklah manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. KHUDDAKA NIKAYA, JATAKA I : 220

KEUNIKAN AJARAN BUDDHA

1. MENGANDALKAN DIRI SENDIRI

Sang Buddha berkata, : "Saya tidak pernah memiliki guru atau makhluk apapun yang mengajarkan cara mencapai pencerahan. Saya mencapai kebijaksanaan tertinggi dengan usaha, kekuatan, pengetahuan dan kemurnian sendiri."

Demikian pula, kita dapat mencapai semua tujuan kita melalui usaha yang sungguh – sungguh, bukan dengan mengandalkan pertolongan makhluk – makhluk di luar diri kita.

2. TIDAK ADA KEPERCAYAAN MEMBUTA

Buddha tidak menjanjikan kebahagiaan surgawi, imbalan atau keselamatan bagi orang yang percaya kepada – Nya. Buddha tidak menginginkan pengikut – Nya untuk percaya kepada – Nya secara membuta.

Ia menginginkan kita untuk berpikir dan paham oleh diri kita sendiri. Oleh karenanya ajaran Buddha disebut agama analisis. Buddha bahkann tidak tersinggung apalagi marah jika ada orang yang tidak sepaham dengan – Nya.

3. ILMIAH

Umat Buddha tidak pernah merasa perlu untuk memberikan tafsiran baru terhadap ajaran Buddha. Penemuan ilmiah belakangan ini tidak pernah bertentangan dengan ajaran Buddha karena ajaran dan metode Buddha bersifat ilmiah.

Asas – asas Buddhis dapat dipertahankan dalam keadaan apapun tanpa mengubah gagasan-gagasan dasarnya. Ajaran Buddha dihargai kaum cendikiawan, ilmuan, pemikir hebat, ahli filsafat, kaum rasionalis, bahkan pemikir bebas, sepanjang masa.

4 AJARAN MASA DEPAN

Albert Einstein, ilmuan paling terkemuka pada abad ke – 20 mengatakan : "Agama masa depan adalah agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi serta menghindari dogma dan teologi.

Mencakup baik alamiah maupun spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan pada rasa keagamaan yang timbul dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa kesatuan yang penuh arti.

Ajaran Buddha menjawab gambaran ini... Jika ada agama yang akan memenuhi kebutuhan ilmiah modern, itu adalah ajaran Buddha."

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Indahnya Cinta Sejati

“Kammaæ satte vibhajati yadidaæ hînappaóîtatâya : Perbuatanlah yang membedakan makhluk hidup menjadi hina atau mulia”. MAJJHIMA NIKAYA, UPARIPANNASAKA : 596

INDAHNYA CINTA SEJATI

Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokkan tembok.

Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu.

Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada di situ 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi ? Bagaimana anak kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun ??? dalam keadaan gelap selama 10 tahun tanpa bergerak sedikitpun.

Itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu !

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan.

Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seeko kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya........

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu mem perhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah.

Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta ? Tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun.

Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu mengagumkan.

Saya tersentuh ketika membaca cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, saudara lelaki, saudara perempuan.....

Masih sejauh mana rasa cinta itu ada untuk mereka ???

JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI…

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Ulambana – Chau Tu, Refleksi Bhakti Nyata Kepada Leluhur

“Semoga semua mahluk hidup, Yang telah dilahirkan ataupun yang belum lahir,
Semoga semuanya tanpa terkecuali merasakan kebahagiaan, Semoga mereka semuanya terbebas dari penderitaan”. ANGUTTARA NIKAYA, II. 72
Demikian yang telah kudengar. Pada suatu ketika, Sang Buddha tinggal di Savasti, di hutan Jeta di tengah taman Anathapindhika. Pada saat itu, Yang Mulia Bhikkhu Mogalana baru memiliki 6 kekuatan bathin (Sad Abhinna). Ia ingin membebaskan orang tuanya yang terlahir di alam sengsara. Dengan mata bathinnya, ia melihat ibunya terlahir sebagai setan kelaparan. Karena ibunya terlalu lama tidak mendapatkan makanan dan minuman maka hanya kulit saja yang membalut tulang di tubuhnya. Melihat hal ini, timbul rasa kasihan dalam diri Yang Mulia Bhikkhu Mogalana. Beliau mengisi patta (* Mangkok) – nya dengan makanan dan mengirimnya kepada sang ibu. Saat sang ibu menerimanya, ia memasukan makanan tersebut kedalam mulutnya tetapi makanan tersebut berubah menjadi arang yang membara dan iapun tidak dapat memakannya. Yang Mulia Bhikkhu Mogalana berteriak sekerasnya dan menangis melihat ibunya, ia kemudian menemui Sang Buddha untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.
Sang Buddha menyabdakan bahwa karma buruk yang dimiliki ibu nya sangat berat dan berakar dalam. Dengan kekuatan sendiri, tidak akan mampu mengakhiri semua ini. Walaupun rasa bhakti mampu menggetarkan langit dan bumi, namun dewa langit, dewa bumi, peganut ajaran lain, para Brahmana bahkan raja adikuasa dari Catur Maharajika dan sebagainya pun tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk membantu. Kekuatan spriritual perkumpulan sangha dari 10 penjuru yang akan mampu untuk mewujudkan kebebasan ini. Sekarang Aku uraikan cara yang membawa keselamatan bagi semua penderitaan serta akar rintangan karma.
Sang Buddha bersabda kepada Yang Mulia Bhikkhu Mogalana bahwa bulan ke 7 hari ke 15 penanggalan lunar adalah hari Pavarana Sangha bagi perkumpulan Sangha (* Kumpulan bhikkhu / bhikkhuni min. 5 orang) di sepuluh penjuru. Untuk kepentingan 7 generasi orang tua di kehidupan yang lampau dan juga ayah atau ibu di kehidupan sekarang yang hidup dalam keadaan yang sangat menyedihkan maka engkau harus menyediakan dan mempersembahkan nasi dan bermacam macam sayur, dupa, minyak, pelita, perlengkapan istirahat dan semua barang terbaik yang diperuntukan bagi Sangha dari 10 penjuru. Pada hari itu, seluruh anggota Sangha, baik yang sedang bermeditasi di gunung – gunung yang telah mencapai tingkat Sotapana atau yang sedang berjalan dibawah pohon pohon atau yang telah memperoleh 6 kekuatan bathin (Sad Abhinna) dan sedang menjalankan kewajiban mengajarkan Dharma : kebenaran terluhur kepada para Savaka atau Pacceka Buddha di berbagai daerah, Bodhisttva Mahasattva yang berstatus Dasa Bhumi ( 10 tingkat bhumi ) dapat menjelmakan dirinya sebagai Bhikkhu, Bikkhuni dan berbaur dalam perkumpulan Sangha. Rombongan Arya tersebut datang ke tempat suci itu, bukan hanya menerima dana makanan. Tetapi mereka akan mempergunakan kewibawaan, kemampuan dan kebajikan mereka dari perilaku sila suci mereka. Jasa jasa agung itu mereka limpahkan kepada para leluhur atau orang tua para dermawan baik yang masih hidup atau kedua orang tua dermawan baik itu. Barang siapa mengadakan persembahan sangha ini maka orang tua – nya yang masih hidup dan leluhurnya yang telah meninggal dari 7 generasi di masa silam dan juga kerabatnya yang dekat akan terlepas dari 3 alam sengsara. Pada saat mereka dibebaskan secara cepat, mereka akan mendapatkan makananan dan pakaian. Jika orang tuanya masih hidup, mereka akan mendapatkan umur panjang dan tubuh yang sehat. Para leluhur dari 7 generasi di masa silam akan terlahir kembali di alam bahagia dan bebas memasuki sinar Mandarwa surga dan hidup penuh kebahagaiaan.
Pada hari upacara Ulambana yang diadakan oleh Yang Mulia Bhikkhu Mogalana, Sang Buddha yang mengumumkan dan meminta para Bhikkhu, Bhikkhuni dan Para Savaka Sangha yang telah berada di berbagai daerah untuk berkumpul. Guna mengadakan ritual pembacaan mantra dan pelimpahan jasa, kepada orang tua para dermawan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal beserta 7 generasi leluhur di masa lalu. Seusai meditasi, barulah mereka menerima dana dan makanan beserta sajian lainnya yang sebelumnya diletakan di altar Buddha atau dikelilingkan pada stupa Buddha, setelah mereka membaca doa, dana baru dibagikan.
Pada saat upacara Ulambana selesai Yang Mulia Bhikkhu Mogalana bersama para Bhikkhu, Bhikkhuni dan Bodhisattva lainnya merasa sangat bergembira. Mulai saat itu perasaan duka Yang Mulia Bhikkhu Mogalana lenyap dan saat itu juga ibu Yang Mulia Bhikkhu Mogalana terbebas dari satu kalpa penderitaan di alam setan kelaparan. Yang Mulia Bhikkhu Mogalana berkata kepada Sang Buddha, sekarang ibu bersyukur karena diberkati oleh kekuatan jasa kebajikan dari Triratna beserta kebajikan dari kekuatan spiritual yang mengagumkan dari perkumpulan Sangha.
Apabila di kemudian hari putra putri yang berbudi, siswa Sang Buddha melakukan ritual Ulambana ini dan memberi persembahan kepada sangha, akankah mereka dapat menyelamatkan leluhur mereka seperti 7 generasi leluhur yang telh meninggal pada masa lalu ?
Sang Buddha menjawab, sadhu, sadhu, sadhu,...Saya sangat senang mendengar pertanyaanmu. Sesungguhnya hal – hal demikian penting itu telah siap Ku – uraikan kepada umat sekalian, akan tetapi perhatianmu telah mendahuluiku, wahai orang orang yang berbudi, apabila terdapat Bhikkhu, Bhikkhuni para raja, pangeran atau pejabat kerajaan serta para rakyat jelata berhasrat ingin berbakti, membalas kepada budi kedua orang tuanya yang telah melahirkan atau membalas 7 generasi keturunannya di masa silam, mereka dapat menyediakan berbagi macam makanan serta sajian lainnya pada hari Pavarana Sangha itu yang jatuh pada setiap tanggal 15 bulan 7 lunar, mengadakan upacara Ulambana memberi persembahan kepada perkumpulan Sangha yang datang dari 10 penjuru sehingga ayah bunda mereka yang masih hidup mendapatkan umur panjang dan sehat tanpa penderitaan bathin dan fisik, bebas dari bencana.
Sedangkan orang tua mereka yang telah meninggal beserta 7 keturunan generasi ayah ibunya dapat keluar dari alam setan kelaparan dan mereka dapat dilahirkan kembali di alam manusia atau bahkan alam dewa.
Barangsiapa yang ingin berbakti kepada leluhurnya serta kedua orang tua yang masih hidup, mereka seyogyanya senantiasa mengingat kedua orang tuannya yang masih hidup atau sudah meninggal itu. Setiap tahun tanggal 15 bulan 7 lunar, mengadakan upacara ulambana, memberi persembahan kepada buddha dan sangha, melimpahkan jasa kepada orang tua mereka di kehidupan sekarang dan 7 generasi di masa silam. Demikianlah semoga semua murid murid Sang Buddha dapat menghayati Dharma Sang Buddha yang amat berharga ini.
Pada saat itu Yang Mulia Bhikkhu Mogalana beserta keempat kelompok murid murid Buddha merasa gembira setelah mendengarkan kotbah Sang Buddha. Mereka bertekad untuk mempraktikannya.
SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA : Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...
* Untuk konsultasi, silakan ke HP 0819880604 dan add BlackBerry anda ke nomor Pin 216DE234.
OLeh : Pdt. DM. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc

AGAMA DAN KITAB SUCI

Those for whom there is no accumulation, who reflect well over their food, who have perceived void and unconditioned freedom – Their path is hard to trace, like that of birds in the air.

“Mereka yang tidak lagi menimbun [harta benda maupun perbuatan], yang merenungkan makanan sebelum memakannya, yang telah mencapai Pembebasan Mutlak, yang kosong dari noda batin dan markahnya; jalan kepergian orang – orang seperti ini sukar dilacak bagai burung – burung yang terbang di udara”. ARAHANTA VAGGA VII : 92

AGAMA DAN KITAB SUCI

Semua agama memiliki kitab suci atau kumpulan naskah suci yang menjadi dasar kepercayaan. Pada umumnya dinyatakan bahwa kitab suci itu berdasarkan wahyu dari Tuhan atau Dewa dari masing – masing agama dan oleh karenanya dianggap sempurna dan memiliki kekuasaan penuh.

Sang Buddha mengajarkan, bahwa agama yang berdasarkan pada naskah wahyu tidaklah cukup, karena beberapa alasan :

# PERTAMA: Ada demikian banyak agama yang berdasarkan pada naskah wahyu, semua menyatakan kitab suci mereka adalah kata – kata dari Tuhan tetapi pada kenyataannya semua naskah dari masing – masing agama / kepercayaan berisi ajaran dan pemahaman yang berbeda – beda.

# KEDUA : Adanya kecenderungan bersikap terlalu “membuku” semuanya dirujuk ke buku / Kitab suci.

Mereka yang kepercayaannya disandarkan pada naskah berdasarkan wahyu cenderung menghabiskan waktu memperdebatkannya kata demi kata, ayat demi ayat, sebab semua naskah dapat ditafsirkan bermacam – macam, mereka terlibat dalam perdebatan tentang “ yang mana adalah ” dan “ yang mana bukanlah ” tafsiran yang benar.

Mereka lebih cenderung memperhatikan buku – buku sehingga mengabaikan penelitian terhadap diri sendiri untuk pertumbuhan nilai spiritual sejati.

# KETIGA : Walau “Tuhan” menyampaikan wahyu itu lewat seorang Nabi, juga tidak ada cara untuk dapat memastikan sepenuhnya, apakah nabi itu telah mendengarkan dan mengerti Wahyu itu dengan tepat atau tidak.

Walau telah didengarkan dan dimengerti dengan baik sekalipun, maka wahyu itu dapat saja tidak direkam dengan baik untuk pewarisannya kemudian.

Dan memang pada kenyataannya, banyak naskah – naskah suci dari beberapa agama memiliki versi – versi yang berbeda dan beberapa bagian telah dikurangi atau ditambah, yang karenanya telah membuat kita ragu terhadap keasliannya.

Agama Buddha tidak menghadapi masalah – masalah seperti itu karena tidak ada pernyataan yang mengatakan bahwa naskah – naskah suci adalah Wahyu. Sebaliknya, naskah agama Buddha adalah penyampaian seorang manusia, yakni Sang Buddha, juga direkam oleh manusia.


Demi keselamatan, penganut agama lain mempercayai segala sesuatu yang ada pada kitab suci, sedangkan seorang Buddhis harus mengerti dan memahaminya sendiri, naskah suci hanyalah sarana untuk melaksanakan hal ini. Seperti yang disabdakan Sang Buddha dalam salah satu khotbahnya yang sangat terkenal, khotbah pada suku Kalama .

KALAMA SUTTA

“Janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi atau sesuatu yang didesas – desuskan.

Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis dalam kitab – kitab suci,
juga apa yang dikatakan sesuai logika dan kesimpulan belaka, juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu atau karena ingin menghormati seorang pertapa yang menjadi gurumu…

Tetapi, setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui; “Hal ini berguna, hal ini tidak tercela, hal ini dibenarkan oleh para bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan” maka sudah selayaknya kamu menerima dan hidup sesuai dengan hal – hal tersebut.”

Bagi agama lain, hal yang terpenting adalah Siapa yang mengucapkan naskah suci itu…..tetapi bagi seorang Buddhist, hal yang paling penting adalah apa yang diucapkan dan apakah itu tepat dan berfaedah ?

Seorang Buddhist dengan gembira dapat mengetahui nilai spiritual dari literatur suci dari agama lain dan darinya dapat menambah wawasannya ,sebab perhatian utama umat Buddha bukanlah pada pertahanan dan memperteguh dogma tetapi mengetahui Kebenaran….!

If you find truth in any religion, accept that truth : Jika engkau menemukan kebenaran dalam agama apapun, terimalah kebenaran itu !

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Senin, 26 Juli 2010

mengapa kita dilahirkan ?

Yo ca vassasataæ jîve – Kusîto hînavîriyo – Ekâhaæ jîvitaæ seyyo Viriyaæ ârabhato daïhaæ – Mâse mâse sahassena – Yo yajetha sataæ samaæ – Ekañca bhâvitattânaæ – Muhuttamapi pûjaye – Sâ yeva pûjanâ seyyo – Yañce vassasataæ hutaæ :

Orang yang malas dan kendur semangatnya, meskipun hidup sampai seratus tahun, tidaklah ada artinya. Kehidupan orang yang berusaha dengan sungguh – sungguh dan mantap, meskipun hanya sehari, jauh lebih mulia.

Betapa pun besar pahala dari persembahan kurban dengan mengeluarkan banyak kekayaan setiap bulan terus menerus sepanjang seratus tahun, pemujaan terhadap orang yang telah melatih diri, meskipun hanya sejenak, jauh lebih mulia.

KHUDDAKA NIKAYA, SUTTANIPATA : 18

MENGAPA KITA DILAHIRKAN ?

Kalau kita kembali kepada Dharma maka pandangan kita akan mengarah kepada proses dari kehidupan ini.

Paticcasamuppada atau hukum sebab akibat yang saling bergantungan dapat dijadikan referensi tentang proses kelahiran ini.

Dijelaskan bahwa Avijja atau kegelapan batin yang masih ada akan menjadi penyebab proses selanjutnya.

Demikian hal ini akan terus berlanjut selama akar dari proses itu masih ada.

Untuk lebih jelasnya kita kembali kepada rumusan Paticcasamuppada seperti berikut :

• Dengan adanya kebodohan muncullah bentuk – bentuk pikiran

• Dengan adanya bentuk – bentuk pikiran muncullah kesadaran

• Dengan adanya kesadaran muncullah batin dan jasmani

• Dengan adanya batin dan jasmani muncullah enam indera

• Dengan adanya enam indera muncullah kesan – kesan.

• Dengan adanya kesan – kesan muncullah perasaan

• Dengan adanya perasaan muncullah nafsu keinginan

• Dengan adanya nafsu kenginan muncullah kemelekatan

• Dengan adanya kemelekatan muncullah upadi (keinginan menjadi)

• Dengan adanya upadi muncullah kelahiran

• Dengan adanya kelahiran muncullah usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, penderitaan jasmani, kekhawatiran dan putus asa.

• Dan muncullah ketidakpuasan batiniah / penderitaan

3. Kelahiran ini pun akan berakhir jika akar penyebab proses kelahiran tidak ada lagi seperti yang ada pada rumusan berikut :

• Dengan lenyapnya kebodohan lenyap pula bentuk – bentuk pikiran

• Dengan lenyapnya bentuk – bentuk pikiran lenyap pula kesadaran

• Dengan lenyapnya kesadaran lenyap pula batin dan jasmani

• Dengan lenyapnya batin dan jasmani lenyap pula enam indera

• Dengan lenyapnya enam indera lenyap pula kesan – kesan.

• Dengan lenyapnya kesan – kesan lenyap pula perasaan

• Dengan lenyapnya perasaan lenyap pula nafsu keinginan

• Dengan lenyapnya nafsu kenginan lenyap pula kemelekatan

• Dengan lenyapnya kemelekatan lenyap pula upadi (keinginan menjadi)

• Dengan lenyapnya upadi lenyap pula kelahiran

• Dengan lenyapnya kelahiran muncullah lenyap pula usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, penderitaan jasmani, kekhawatiran dan putus asa.

• Dan lenyaplah semua ketidakpuasan batiniah / penderitaan

Jawabannya sudah jelas bahwa kenapa kita masih dilahirkan adalah karena kita masih dibelenggu oleh kekotoran batin.

Selama belenggu ini belum dapat dipatahkan selama itu pula proses kelahiran akan terjadi.

Dengan mengetahui penyebab dari proses penyebab kelahiran ini maka kita harus berusaha untuk berjuang menuju kepada kebahagiaan sejati sehingga tidak ada kelahiran lagi.

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Minggu, 25 Juli 2010

KITA SANGAT BERUNTUNG DALAM HIDUP INI ^_^ Bagikan

KITA SANGAT DIBERKATI

Pernah nggak sih KITA ngerasain kalau hidup itu bener – bener ‘bad’ dan nggak berarti lagi dan berharap, coba kalau KITA bisa ada di kehidupan yang lain !
Saya akui, saya cukup sering merasa begitu.
Saya pikir, hidup ini kayanya cuma nambahin kesulitan – kesulitan saya aja ! Kerja menyebalkan, hidup tidak berguna dan nggak ada sesuatu yang beres !

Tetapi semua itu berubah…sejak kemarin…
Pandangan saya tentang hidup ini benar – benar telah berubah !
Tepatnya terjadi setelah saya bercakap – cakap dengan teman saya.
Ia mengatakan kepada saya bahwa walau ia mempunyai 2 (dua) pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita.
Saya pun jadi bingung, bagaimana bisa ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, 2 (dua) putrinya, ditambah lagi tagihan – tagihan rumah tangga yang numpuk !

Kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di India.
Hal ini dialaminya beberapa tahun yang lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang berat.
Setelah banyak kemunduran yang ia alami itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dan mengikuti tur ke India.

Ia mengatakan bahwa di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok !!!
Keputusasaan dalam mata sang ibu, jeritan kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa yang saat itu masih berumur 4 tahun ! terus menghantuinya sampai sekarang.
KITA mungkin sekarang bertanya – tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukan hal itu ?
Apa anaknya itu ’so naughty’ atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong ? Ternyata tidak !
Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat…MENGEMIS…!
Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang – orang saat mengemis di jalanan !

Saya benar – benar tidak dapat menerima hal ini tetapi ini adalah KENYATAAN !
Hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia yang lain yang tidak dapat saya lihat sendiri !

Kembali pada pengalaman sahabat saya itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan – jalan sambil memakan sepotong roti, ia tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan itu ke tanah.
Kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira – kira 6 orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu…mereka berebutan untuk memakannya ! (* Suatu reaksi yang alami dari kelaparan).

Terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke toko roti terdekat.
Ia menemukan 2 (dua) toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu !
Pemilik toko sampai kebingungan tetapi ia bersedia menjual semua rotinya.
Kurang dari $ 100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti (* Jadi tidak sampai $ 0,25 / potong) dan ia juga menghabiskan kurang lebih $ 100 lagi untuk membeli barang keperluan sehari – hari.

Kemudian ia pun berangkat kembali ke jalan yang tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang – barang keperluan sehari – hari kepada anak – anak (* Yang kebanyakan CACAT) dan beberapa orang – orang dewasa disitu !
Ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tidak ternilai harganya yaitu kegembiraan dan rasa hormat dari orang – orang yang kurang beruntung ini !

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $ 0,25 !
Ia mulai bertanya – tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya ia masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang hangat.
Juga untuk setiap kesempatan dimana ia masih dapat berkomentar mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi, punya begitu banyak hal dimana orang – orang yang ada di hadapannya ini AMAT KEKURANGAN !!!

Sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga ! Sebenarnya, apakah hidup saya ini sedemikian buruknya ?

TIDAK, sebenarnya tidak buruk sama sekali !!! Nach, bagaimana dengan KITA ?

Mungkin di waktu lain saat KITA mulai berpikir seperti aku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang HARUS KEHILANGAN sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan !

Saudara, banyak hal yang sudah KITA alami dalam menjalani kehidupan KITA selama ini, sudahkah
KITA BERSYUKUR ?

Apakah KITA mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah KITA miliki ?

* Dari note Theresia Ratih Sawitridjati

Si gadis yg belajar dr pengalaman dan Si gadis penuh rasa cinta kasih ^^

Di suatu kota tinggal lah seorang gadis yg pandai,ceria,dan super sibuk,ramah.
gadis tersebut bernama Dewi.
Dewi seorang anak gadis yang sangat cekatan dan bannyak pengalaman dan hampir menguasai semua bidang,tergolong anak yg pandai untuk anak seusianya yang baru 17 thn,wow sungguh gadis yang luar biasa dan hebat.
bahkan org yang lbh dewasa dan lebih pengalaman dari Dewi mengakui dan memuji kecekatan dan ketrampilan Dewi.
Dewi very is the best.
namun suatu ketika Dewi mengalami suatu tragedi,dan hal ituh membuat dia down,menjadi marah,dendam dan tak menjadi Dewi yg penuh semangat dan ceria kembali.
suatu pengalam buruk dimana dia menilai semua usaha jeripayah,kerja kerasnya selama ini sia-sia dan tidak ada hasil.
dimana sebelumnya sedari jauh hari Dewi menyiapkan event,menghandle acara,sampai tidak tidur 1 hr sebelum hr H,sampai lupa akan kondisi dirnya sendiri.
tapi dalam sekejap hal ituh berubah menjadi kepedihan,kesedihan,kegaga
lan dan rasa benci pun timbul di hati Dewi mana kala saat event itu dia dianggap hanya sebagai seorang yg selalu hanya bs mengatur,sok tau dan selalu ikut campur,tanpa mereka mengetahui bagaimana beratnya mengemban tugas,tanggung jawab,rasa khawatir tak sukses dan lancar.
Dewi makin menjadi kesal sekali saat dirinya tanpa di hargai sedikit pun di panggil dengan seenaknya dgn sebutan BOS di depan para tamu undangan yg berasal dr luar daerah dan di tempat peribatan orang lain,bkn di tempat peribatan dimana biasa Dewi hadiri.
Dewi yang biasa hanya menganggap semua tuh hanya lelucon dan tdk di masukan kehati,tp kali ini Dewi merasa amat sangat terhina dan kesal smpai kata-kata yg tak terduga pun keluar dari mulut Dewi. "MONYONG" teriak dewi pun kesal.

WOW betapa kagetnya semua org melihat dewi bisa marah,sampai mengluarkan kata-kata seperti itu.
di saat event itu berlangsung tanpa disadari oleh Dewi.
Dewi menemukan kakak angkat yang sangat luar biasa hebat,di tengah keterbatasan fisiknya ia amat sangat ceria,selalu bersukur,menggap semua kekurangannya adalah anugrah untuk ia.
OK ! panggil saja namanya metta,ya Metta seperti namanya yang mengartikan cinta kasih,Metta adalah kakak angkat Dewi yang sangat luar biasa,disaat keadaan Dewi yang sedang down,kecewa dan sensi sekali.hehehe.
Metta dgn sabar dan lembut memberi semangat,nasehat,dukungan dan menjadi teman curhat Dewi,di setiap kesempatan ia selalu luangkan waktu u/membalas sms dr Dewi.
waktu pun berjalan cepat,hari demi hari Dewi dan Metta jalani dgn saling berbagi,begituh bahagianya Dewi dpt mengenal Metta yang sangat luar biasa,Dewi pun menyadari buat apa hanya melihat dan kesal pada mereka yang iri dan bisa mencemohnya,lbh baik bangkit kembali ceria dan aktif.
Dewi sungguh sangat belajar dr Metta yg selalu happy walau pun dalam kondisi keterbatasannya,satu yg sangat luar biasa dr Metta banyak orang pun yang mencemoh Metta tetapi Metta hanya diam dan tersenyum.
dan Metta pun berkata kepada Dewi buat apa Q menagis,mengeluh dan menghiraukan mereka yg mencemoh Q,diriku pun jika bs memilih tak mau seperti ini,blm tentu mereka yg mentertawakan ku lbh baik dr diriku.
sungguh kata-kata yang memotifasi diri Dewi,untuk kembali seperti Dewi yang dulu :D

sooo guys ayoo kita jgn hirau kan org-org yg mencemoh kita,anggap lah org yg mencemoh kita hanya bagian dr karma kita,mereka mungkin iri akan prestasi kita dan ambillah hal ini sebagai motifasi u/kita selalu memperbaiki diiri dan hambatan yang menjadi pengalaman yg berharga untuk kita mencapai sukses.

kisah ini kupersembahkan untuk cc angkat Q tersayang dan yg sangat amat luar biasa.

Rabu, 23 Juni 2010

API DAN SAMUDRA

”Sang Buddha adalah mirip seorang dokter. Sama halnya seperti seorang dokter yang harus mengetahui diagnosa dari berbagai jenis penyakit, sebab – sebabnya, obatnya dan penyembuhannya serta harus mampu mengaplikasikannya; demikian pula halnya Sang Buddha telah mengajarkan Empat Kesunyataan Mulia yang menunjukkan derita, sumbernya, akhir derita serta jalan menuju akhir derita”. DR. EDWARD CONZE, “BUDDHISM”

API DAN SAMUDRA

Sang pengelana Vacchagotta bertanya kepada Bhagava : "Jika demikian, adakah Bhante Gaotama menganut pandangan rekaan apa pun ?"

"Vaccha, 'Pandangan rekaan' adalah sesuatu yang telah disisihkan Tathagata. Karena, Vaccha, Tathagata telah melihat ini :

"Seperti inilah rupa, seperti inilah sumbernya, seperti inilah lenyapnya; seperti inilah perasaan, seperti inilah sumbernya, seperti inilah lenyapnya; seperti inilah pencerapan, seperti inilah bentukan kehendak, seperti inilah kesadaran, seperti inilah sumbernya, seperti inilah lenyapnya.

Karena itulah, Saya katakan, dengan hancurnya, pudarnya, berhentinya, dihentikannya dan dilepaskan nya segala penggagasan, segala perenungan, segala penjadian – diriku, penjadian – milikku, serta kecenderungan mendasar terhadap kesombongan, Tathagata terbebas melalui tiadanya kelekatan"

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Selasa, 20 April 2010

sejarah KMB Dhammapadipa

kMB Dhammapadipa pertama kali di betuk pada tanggal 13 desember 2009, kmb ini di bentuk atas pengajuan dari mahasiswa/mahasiswi yang merasa membutuhkan nilai agama dan ingin terorganisir dalam suatu organisasi.
akhirnya pada tanggal 10 desember 2009, kami membuat surat permohonan di bentuknya sebuah KMB di bawah bantuan Vihara Buddha Guna Karawang,pada tanggal 13 desember 2009,pukul 19.00 terbentuklah sebuah KMB di bawah bantuan Vihara Buddha Guna Karawang,dengan nama awal ialah KMB Buddha Guna,dengan di ijinkan dan di resmikan oleh Bpk.Budi Priatna dan wakil dari mahasiwa Jenny.

Dengan susunan pengurus Awal periode 2009/2010 :
penasehat  : YM.Khemanado.Thera
pelindung   : 1. Bpk.Budi Priatna
         2.Bpk.Hartono Iskandar
Dewan Penasehat  : Sdri. Dian Permani
Ketua        : Jenny Wijaya
wakil ketua   : Semi Sujandi
Sekretaris    : Christian Cahyadi
Bendahara   : Meiliana
Humas        : Kiki Firdaus


Sebulan setelah KMB Buddha Guna di bentuk akhinya kami sepakat mengganti nama,dengan menanyakan nama apa yg bagus dan cocok untuk KMB kami ke pada Romo.Cunda.
akhirnya pada tanggal 19 Januari 2010,resmilah KMB Buddha Guna beralih nama menjadi KMB Dhammapadipa yang berartikan ( Pelita Dhamma / Pulau Dhamma ).

Setelah resmi terbentuk kami pun mencoba bergabung di KMB Se-JABODETABEK dengan menghadiri rapat yang pertama bagi kami,dengan di bantu banyak petunjuk dan saran oleh ketua KMB Dhammavaddhana ( Binus ) yaitu oleh Sdra.Nico Mercubuono, rapat pertama kami di KMB Se-JABODETABEK ialah pada tanggal 16 Januari 2010.

KMB Dhammapadipa saat ini masih dalam masa pengembangan,pembelajaran dan pembenahan,kiranya sudihlah para mahasiswa/masiswi yg berdomisili kampus di Cikarang,Karawang dan sekitarnya ( yg belum tergabung di KMB mana pun ) agar dapat dan mau tergabung di KMB Dhammapadipa,KMB Dhammapadipa pun sedang dalam proses menjadi salah satu UKM kerohaniaan di seluruh BSI (Khususnya di JABODETABEK).

VISI : Menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddhist yg mampu menjaga kelestarian dhamama.
MISI : Menjadi wadah bagi mahasiswa buddhist untuk mengembangkan dhamma,kreatifitas,keakraban.

Terimaksih banyak atas dukungan dan bantuan seluruh pihak yg sudah membantu terdirinya KMB Dhammapadipa,yg tak bs kami sebutkan satu persatu,Maha Anumodana.

Demikianlah Sejarah KMB kami terbentuk,jika ada kekurangan,banyak merepotkan banyak pihak,dan ada salah penulisan serta kata-kata yang kurang baik mohon kiranya di maklumi dan di maafkan.


metta cittena,




Pengurus KMB Dhammapadipa

Senin, 12 April 2010

Senin, 29 Maret 2010

10 Racun Dalam Diri Manusia

10 RACUN DALAM DIRI MANUSIA

Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya : Realitas
Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

Racun kedua : Ketakutan
Gejalany a, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, kesulitan seksual.
Antibodinya : Keberanian
Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian merupakan merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya: Nyiyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya : Bersikap sosial.
Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya : Keyakinan diri.
Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.







Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati.
Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya : Sublimasi
Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya : Kerja
Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya : Kontrol diri
Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya : Cinta kasih
Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia. Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dari ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang.

Nikmati kopinya,bkn cangkirnya :)

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan: "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. Sekarang perhatikan hal ini: hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

Catatan: Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati anda. Apakah anda merasa bahagia dan damai? Apakah anda mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman anda? Apakah anda tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah anda sabar, murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?

Hanya hati anda dan Tuhan yang tahu. Namun bila anda ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan anda ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi anda!

Papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger"

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah,karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang Sun Go Kong yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, "Pa liat"! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca matanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi "Wah,. Buku Baru ya Jes?", "Ya papa" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. "Baca in Jessi dong pa" pinta Jessica lembut, "Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.

Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu "pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi" Budi mulai agak kesal, "Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya" "pa, mama cibuk, terus, papa liat gambarnya lucu-lucu", "Lain kali Jessica, sana ! papa lagi banyak kerjaan" Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. "pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka", "Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI !!" kata Budi membentaknya dengan keras, Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya "Iya pa,. lain kali ya pa?"

Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah. "pa kalau papa ada waktu, papa
baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger" Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, Buku cerita "Anak-anak pembawa perdamaian"(terbitan KORPAR Choice Katedral), belum pernah dibacakan bagi dirinya.

Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk!!" beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabok yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih "Jessi takut pa, jessi takut ma, Jessi sayang papa mama" darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.

Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan
Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana,.. pun tidak terpenuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali, ",...papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger" kata-kata jessi terngiang-ngiang kembali.

Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita "Anak-anak pembawa perdamaian" yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. "Jessi dengar papa baca ya" selang beberapa kata,.. hatinya memohon,.lagi "Jessi papa mohon ampun nak" "papa sayang Jessi"
Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menagis,..memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai.

Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita Karena ia Peduli kepada kita

ADAKAH "PERHATIAN TERBAIK" ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ?

BERILAH "PERHATIAN TERBAIK" WALAUPUN ITU HANYA SEKALI

Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ?

DO IT NOW

Berilah "PERHATIAN TERBAIK" bagi mereka yang kita cintai LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA

Keyakinan Dalam Agama Buddha

Keyakinan Dalam Agama Buddha
Oleh: Willy Yandi Wijaya

Pentingnya Keyakinan

Sebagai umat Buddha, kita tentunya mempunyai keyakinan terhadap Buddha, Dharma dan Sangha. Namun, dalam Agama Buddha, keyakinan yang harus dimiliki tidak sama dengan keyakinan dalam agama lain. Sebelum membahas lebih lanjut bagaimana keyakinan (saddha) dalam agama Buddha, kita harus tahu bahwa keyakinan sangat penting bagi pengembangan dan pelatihan batin sehingga membawa kebahagiaan. Di dalam Anguttara Nikaya III, 206 disebutkan bahwa keyakinan terhadap agama Buddha merupakan salah satu dari lima ‘kekayaan’ yang dimiliki oleh seorang umat Buddha. Di dalam Anguttara Nikaya III, 127 juga disebutkan bahwa umat Buddha harus mengembangkan keyakinan terhadap ajaran Buddha.

Mengapa keyakinan penting? Sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan, keyakinan atau Saddha dapat membentuk pikiran benar dengan pengembangan ke dalam diri. Sedangkan pengembangan pikiran cinta kasih (metta), pikiran melepas dan memberi (dana) dan pikiran welas asih (karuna) adalah pengembangan pikiran benar secara aktif seperti yang disebutkan di dalam Samyutta Nikaya 45.8 dengan objek pelatihan ke luar yang melibatkan orang lain. Jadi Saddha (keyakinan) merupakan suatu bentuk pelatihan pikiran benar yang dikembangkan hanya dengan pikiran sendiri tanpa melibatkan orang lain. Jadi keyakinan merupakan salah satu aspek yang mendukung pikiran benar.

Keyakinan sangat penting karena mendorong kita untuk membuktikan sendiri ajaran Buddha. Dilukiskan oleh Nagarjuna bahwa keyakinan mendahului pemahaman karena tanpa keyakinan bagaimana bisa memahami. Namun, keyakinan dalam agama Buddha bukan sekedar keyakinan terhadap suatu makhluk tertinggi yang akan menyelamatkan kita jika meyakininya. Untuk mencapai pencerahan sebagai makhluk suci (arahat), keragu-raguan juga perlu dilenyapkan dengan keyakinan terhadap kebenaran realitas dunia ini (Dharma).


Keyakinan Sudut Pandang Buddhis

Keyakinan dalam agama Buddha disebut Saddha. Objek keyakinan dalam agama Buddha ada tiga, yaitu:
1. Buddha
2. Dharma
3. Sangha

Perlu diingat bahwa keyakinan terhadap Buddha, Dharma maupun Sangha bukanlah keyakinan terhadap bentuk objeknya, seperti patung, kitab suci, atau biksu. Namun, keyakinan yang benar adalah keyakinan terhadap makna dibalik simbol tersebut, seperti keyakina terhadap Buddha mewakili keyakinan terhadap seorang guru (Buddha) yang perlu diteladani. Beliau mencontohkan bagaimana perilaku-perilaku yang baik (sila), ucapan yang bermanfaat, pikiran yang positif. Keyakinan terhadap Dharma juga bukanlah keyakinan buta terhadap ajaran yang tertulis dalam kitab suci. Keyakinan terhadap Dharma adalah keyakinan terhadap ajaran Buddha yang diwujudkan melalui praktik nyata dan langsung. Keyakinan terhadap Sangha mewakili keyakinan terhadap kemampuan setiap orang untuk mencapai tahap pencerahan seperti Buddha. Keyakinan terhadap Sangha juga mempunyai makna bahwa kita perlu menyebarkan kebenaran kepada orang lain agar berada di dalam jalan pelatihan spiritual.

Ciri-ciri Keyakinan Dalam Buddhis

Seperti yang telah disebutkan, keyakinan dalam Agama Buddha mempunyai bentuk yang berbeda dengan keyakinan dalam agama lain. Ada 2 ciri keyakinan dalam buddhis, yakni:
1. Membuka pandangan; meliputi keterbukaan dan keingintahuan
2. Praktik; meliputi ritual (puja) dan pelaksanaan moralitas (sila) yang benar

Membuka pandangan adalah ciri yang membedakan keyakinan dalam buddhis dengan yang lain. Umat Buddha berkeyakinan dengan mendasarkan pikiran yang terbuka terhadap ajaran lain. Bila tidak disertai dengan keterbukaan, keyakinan dalam Agama Buddha akan sama dengan agama lain. Membuka pandangan dengan kebijaksanaa akan menghindari kefanatikan umat Buddha. Keyakinan menghindari kebijaksanaan berkembang menjadi skeptisme berlebihan yang bersumber dari ego. Jadi dalam keyakinan dibutuhkan suatu pandangan benar yang sejalan dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Pandangan benar yang akhirnya akan membuka wawasan kebijaksanaan yang murni dan tidak ternoda yang akan membawa kepada pencerahan sejati.

Pratik adalah bentuk keyakinan dalam buddhis. Praktik berdasar keyakinan dapat diwujudkan melalui tindakan nyata. Bentuknya adalah implementasi ajaran Buddha dalam perbuatan, ucapan dan pikiran yang benar. Moralitas dilaksanakan sebagai wujud keyakinan. Selain itu, praktis keyakinan bisa diwujudkan melalui ritual (puja). Tentunya ritual yang dilaksanakan dilakukan dengan pemahaman yang benar. Ritual dapat meningkatkan keyakinan, namun jangan menjadi ikatan dan salah pengertian. Ritual yang baik adalah perenungan terhadap perbuatan yang dilakukan selama ini dan pengembangan pikiran penuh cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan.


Daftar Pustaka

Dhammika, Ven. S. 2004. Dasar Pandangan Agama Buddha. Surabaya: Yayasan Dhammadipa Arama.
Sangharakshita, Ven. 2004. Jalan Mulia Berunsur Delapan. Jakarta: Karaniya.
Wijaya, Willy Yandi. 2008. Pandangan Benar. Yogyakarta: Insight Vidyasena Production.

dhammapada

Dhammapada
BAB IX. PAPA VAGGA – Kejahatan

(121)
Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir: "Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

Dhammapada Atthakatha :

Kisah Bhikkhu Yang Ceroboh

Ada seorang bhikkhu, setelah menggunakan barang-barang perabotan, seperti dipan, kursi panjang, dan peralatan milik vihara, meninggalkannya begitu saja barang-barang itu di halaman, tidak mengembalikannya ke tempat semula, sehingga terkena hujan dan matahari, dan menjadi sarang semut-semut putih. Ketika bhikkhu-bhikkhu lain menegurnya karena kebiasaannya yang tidak bertanggung jawab, dia akan menjawab dengan ketus :

"Saya tidak mempunyai maksud untuk menghancurkan barang-barang tersebut, lagipula barang-barang itu hanya mengalami kerusakan kecil", dan lain-lain. Selanjutnya dia meneruskan kebiasaan yang sama.

Ketika Sang Buddha akhirnya mengetahui hal tersebut, Beliau memanggil bhikkhu tersebut dan berkata kepadanya :

"Kamu seharusnya tidak meremehkan perbuatan buruk, walau sekecil apapun, karena itu akan menjadi besar jika kamu melakukannya sebagai kebiasaan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Māvamaññetha pāpassa
na maṃ taṃ āgamissati
udabindu nipātena
udakumbho’pi pūrati
bālo pūrati pāpassa
thoka thokam’pi ācinaṃ."

Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir:
"Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes,
demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

Selasa, 23 Maret 2010

Tradisi Warga Tionghoa

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Tradisi CENG BENG & BUDDHA DHAMMA

Sukhā matteyyatā loke, atho petteyyatā sukhā’ti
”Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini;
berlaku baik terhadap ayah juga kebahagiaan”
(Dhammapada 332)


Dalam budaya masyarakat Tionghoa, ada lima festival besar yang dirayakan dengan sukacita dan meriah. Adapun lima festival itu adalah:
1. Festival Musim Semi (Imlek) yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1 (Cia Gwee) penanggalan Imlek;
2. Festival Ceng Beng, jatuh setiap tanggal 5 April menurut penanggalan Masehi;
3. Festival Musim Panas, jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 (Go Gwee) menurut penanggalan Imlek;
4. Festival Musim Gugur, jatuh setiap tanggal 15 bulan 8 (Pe Gwee) menurut penanggalan Imlek;
5. Festival Musim Dingin, jatuh setiap tanggal 22 Desember menurut penanggalan Masehi.
Setiap festival memiliki makna, ciri khas, maksud dan tujuan tersendiri. Di samping itu, setiap festival juga memiliki makanan khas tersendiri pula. Imlek memiliki makan khas Kue Keranjang, Ceng Beng memiliki makanan Ketupat Opor Ayam, Musim Panas (Peh Cun, Indonesia) memiliki makan Bakcang dan Kue Cang, Musim Gugur (Tiongchiu) memiliki makanan Kue Bulan, dan Musim Dingin (Tangche) memiliki makanan Wedang Onde.

Dalam budaya masyarakat Tionghoa, dalam setahun ada dua persembahyangan yang ditujukan bagi keluarga yang telah meninggal, yaitu: sembahyang bulan 3 yang dikenal Ceng Beng, dan sembahyang di bulan 7 (Cit Gwee) yang dikenal Cioko atau Chau Tu. Apakah bedanya?

Sembahyang Ceng Beng adalah sembahyang yang ditujukan untuk keluarga yang telah meninggal yang masih dikenali, sedangkan sembahyang Cit Gwee atau Cioko lebih bertujuan ditujukan kepada keluarga yang telah dilupakan (makhluk-makhluk terlantar) oleh sanak keluarganya, yang terjadi karena keluarga mereka telah meninggal semua (generasinya habis) dan keluarga mereka telah meninggalkan agama leluhurnya, menganut agama baru yang tidak menekankan bakti kepada leluhur.

Pada saat Ceng Beng menjelang, masyarakat Tionghoa mendatangi makam keluarga mereka. Mereka datang untuk membersihkan makam-makam itu dari semak belukar, dari sinilah maka Ceng Beng berarti Bersih dan Terang, mengacu kepada makam leluhur yang dibersihkan. Setelah makam bersih, mereka melakukan tradisi ”Tee Coa” dengan ”Ko-Coa,” yaitu melempar kertas emas atau perak (Gin Cua/Kim Cua) untuk menandai makam keluarga mereka.

Ada banyak cerita berkenaan dengan latar belakang munculnya tradisi Ceng Beng, yang pada intinya semua cerita ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki bakti kepada kedua orang tua kita dan para leluhur. Mengingat jasa-jasa mereka amat sangat besar kepada kita, anak-anaknya.

Dalam Sigalovada Sutta, kita bisa juga melihat begitu besarnya jasa orang tua kepada anak-anaknya. Mereka telah mencegah anaknya dari tindakan jahat, mendorong anaknya berbuat kebajikan, memberi anaknya pendidikan dan keterampilan, mencarikan pasangan, dan menyerahkan warisan ketika saatnya tiba.

Tidak berlebihan kalau dalam Aṅguttara Nikāya, Sang Buddha mengumpamakan ayah dan ibu laksana dewa, dewa tingkat tinggi, yaitu Brahma, dengan ungkapan, ”Brahma ti matapitaro”. Dalam sutta ini, Beliau pun menjelaskan bahwa orang tua, ayah dan ibu sebagai Pubba-achariya, guru awal, guru pertama bagi anak-anaknya.

Dalam bagian lain dalam Kitab Aṅguttara Nikāya, Sang Buddha menyatakan; ”Saya nyatakan bahwa ada dua orang yang tak pernah bisa dibalas budinya. Siapakah keduanya itu? Ayah dan Ibu.”

”Walaupun seseorang menggendong ibunya di bahu kanan dan ayahnya di bahu kiri, dan saat melakukan ini ia hidup seratus tahun; jika ia melayani mereka dengan mengusapi mereka dengan minyak, memijat, memandikan, dan menguruti kaki dan tangan mereka, seandainya mereka buang air sekalipun, semua itu belumlah cukup yang dilakukannya terhadap orang tuanya, dan ia belum membalas budi mereka. Seandainya seorang anak menempatkan orang tuanya sebagai raja cakkavati yang memiliki tujuh harta, belum cukup juga yang ia lakukan kepada orang tuanya, ia belum membalas budi mereka. Mengapa demikian? Ayah dan ibu sungguh berjasa terhadap anak-anaknya: mereka melahirkan, membesarkannya, memberinya makan, dan menunjukkan dunia kepada anaknya.”

”Namun, seseorang yang mendorong orang tuanya yang tidak punya keyakinan, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam keyakinan; seseorang yang mendorong orang tuanya yang tidak bermoral, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam kemoralan; seseorang yang mendorong orang tuanya yang kikir, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam kedermawanan; seseorang yang mendorong orang tuanya yang tersesat dalam kegelapan batin, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam kebijaksanaan. Anak seperti ini telah melakukan yang cukup bagi orang tuanya; ia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi terhadap apa yang dilakukan orang tuanya kepadanya.”

Karena itulah, berbahagialah kita sebagai anak yang masih memiliki orang tua, kita masih memiliki kesempatan untuk membalas jasa mereka. Tetapi bagi kita yang sudah tidak lagi memiliki orang tua, tidak perlu bersedih, masih ada bakti yang dapat kita tunjukkan kepada mereka dengan pelimpahan jasa (pattidana).

Sumber :
* Aṅguttara Nikāya
* Hari-hari Raya Tionghoa

Bintang Laut

Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai
sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai.



Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan
melemparkannya kembali ke dalam air. Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu
bertanya heran;



'Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam
air?', Tanyanya.



'Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang
terdampar itu akan segera mati kekeringan.' Jawab si kecil itu.



'Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya.' Kata lelaki tua itu sambil
menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu.



'Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu
sungguh mempunyai arti yang besar.' Lanjutnya penuh ragu. Anak itu lama
memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu
dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.



'Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar, sekurang-kurangnya... bagi
yang satu ini.' Kata si kecil itu.



Teman, kita sering kali mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun
sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang
kecil

SI MURUNG DAN SI CERIA

Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung. Seperti namanya Ceria
mempunyai sifat periang, selalu gembira dan tersenyum. Sebaliknya Murung
mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.

Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum
gembira dan membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan sedih. Mereka lalu
berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.

Si Murung menginginkan telepon genggam. Selama ini jika pergi dengan teman-
temannya sering kali ia meminjam telepon genggam milik temannya. Orang
tuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang
dan gembira.

Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam itu dibungkus oleh orang
tuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya. Sepulang
sekolah, Murung segera masuk ke kamar dan melihat ada kado di sana.
Cepat-cepat ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika mendapatkan
di dalamnya berisi telepon genggam. Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama.
Kemudian ia murung lagi
karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya
lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif,
sehingga kado itu menjadi beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah
omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.

Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda. Orang tuanya membungkus
kotoran kuda dan diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan murung.
Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut melihat ada kado di kamarnya. Dengan
sergap ia membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata yang
didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk. Mukanya kebingungan
sejenak.Tetapi ia segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu
mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah
ini."

Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka. Orang tuanya
sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran
kuda kok senang sih?". Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian
sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya,
pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti
ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya"

***

Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan selalu berpikir
bahwa ia selalu akan menerima yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam
penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi beban
penderitaan yang sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut, dan
khawatir.

Minggu, 21 Maret 2010

baksos korban banjir

namo buddhaya,

rekan2 se dhamma mari kita smua berbuat bajik kmbali dengan berdana kepada korban bencana banjir di karawang.
mari kita semua sebagai umat buddhist mengembangkan cinta kasih, membantu memperingan penderitaan saudara2 kita.

mari kita membantu dengan :
- tenaga
- waku
- materi

bila ada yg berkenan harap hubungi :

bpk. budi priatna : 08567101055
jenny wijaya : 085715463900

atau dana dpt di kirim ke sekretariat KMB Dhammapadipa ( Vihara Buddha Guna )
Jl. IR H. Juanda no. 1 A karawang Jawa barat
tlp 0267 - 7006060


maha anumodana

Jumat, 19 Maret 2010


Burung dengan sebelah sayap

Burung dengan sebelah sayap

Oleh : Gede Prama

Seorang SAHABAT dengan potensi tinggi, mengeluh berat setelah pindah-pindah kerja di lebih dari lima tempat.

Tadinya, saya fikir ia mencari penghasilan yang lebih tinggi.

Setelah mendengarkan dengan penuh empati, SAHABAT ini rupanya mengalami kesulitan dengan lingkungan kerja.

Di semua tempat kerja sebelumnya, dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Di sini tidak cocok dengan atasan, di situ bentrok dengan rekan sejawat, di tempat lain malah diprotes bawahan.

Kalau SAHABAT di atas berhobi pindah-pindah kerja, seorang SAHABAT saya yang lain punya pengalaman yang lain lagi.

Setelah berganti istri sejumlah tiga kali, dengan berbagai alasan yang berbau tidak cocok, ia kemudian merasa capek dengan kegiatan berganti-ganti pasangan ini.

Seorang pengusaha berhasil punya pengalaman lain lagi. Setiap kali menerima orang baru sebagai pimpinan puncak, Ia senantiasa semangat dan penuh optimis. Seolah-olah orang baru yang datang pasti bisa menyelesaikan semua masalah. Akan tetapi, begitu orang baru ini berumur kerja lebih dari satu tahun, maka mulailah kelihatan busuk-busuknya. Dan ia pun mulai capek dengan kegiatan berganti-ganti pimpinan puncak ini.

Digabung menjadi satu,

seluruh cerita ini menunjukkan bahwa kalau motif kita mencari pasangan - entah pasangan hidup maupun pasangan kerja, sebaiknya dilupakan saja.

Bercermin dari semua inilah, maka sering kali saya ungkapkan di depan lebih dari ratusan forum, bahwa fundamen paling dasar dari manajemen sumber daya manusia adalah : manajemen perbedaan Yang mencakup dua hal mendasar : menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan sebagai kekayaan.

Sayangnya, kendati idenya sederhana, namun implementasinya memerlukan upaya yang tidak kecil Ini bisa terjadi, karena tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap. Bisa terbang (baca : hidup dan bekerja ) sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain.

Padahal, meminjam apa yang pernah ditulis Luciano de Crescendo, kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah Dan hanya bisa terbang kalau mau berpelukan erat-erat bersama orang lain.

Anda boleh berpendapat lain, namun pengalaman, pergaulan
dan bacaan saya menunjukkan dukungan yang amat kuat terhadap pengandaian burung bersayap sebelah terakhir.

Di perusahaan

hampir tidak pernah saya bertemu pemimpin berhasil tanpa kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Di keluarga

tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan sengaja untuk 'berpelukan' dengan anggota keluarga yang lain.

Di tingkat pemimpin Negara

orang sehebat Nelson Mandela dan Kim Dae Jung bahkan mau ……… berpelukan bersama orang yang dulu pernah menyiksanya.

Lebih-lebih kalau kegiatan berpelukan ini dilakukan dengan penuh cinta.

Ia tidak saja merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mentransformasikan kegagalan menjadi keberhasilan, namun juga membuat semuanya tampak indah dan menyenangkan. Makanya, penulis buku Chicken Soup For The Couple Soul mengemukakan, cinta adalah rahmat Tuhan yang terbesar.

Demikian besarnya makna dan dampak cinta, sampai-sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Rugi besarlah manusia yang selama hidupnya tidak pernah mengenal cinta. Ia seperti pendaki gunung yang tidak pernah sampai di puncak gunung. Capek, lelah, penuh perjuangan namun sia-sia.

Ini semua, mendidik saya untuk hidup dengan pelukan cinta.
Di pagi hari ketika baru bangun dan membuka jendela, saya senantiasa berterimakasih akan pagi yang indah. Dan mencari-cari lambang cinta yang bisa saya peluk. Entah itu pohon bonsai di halaman rumah, ikan koi di kolam, atau suara anak yang rajin menonton film kartun. Begitu keluar dari kamar tidur, akan indah sekali hidup ini rasanya kalau saya mencium anak, atau istri.

Melihat burung gereja yang memakan nasi yang sengaja diletakkam di pinggir kali , juga menghasilkan pelukan cinta tersendiri. Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang.

Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang.

Namun, begitu saya ingat karyawan dan karyawati bawah yang bekerja penuh ketulusan, dan menghitung jumlah perut yang tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan, energi pelukan cinta entah datang dari mana.

Kembali ke pengandaian awal tentang burung dengan sebelah sayap.

Tuhan memang tidak pernah melahirkan manusia yang sempurna.

Kita selalu lebih di sini dan kurang di situ. Atau sebaliknya. Kesombongan atau keyakinan berlebihan yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung yang bersayap sebelah, namun memaksa diri untuk terbang.

Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap, Mau belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah, Oleh karena alasan inilah, saya selalu ingat pesan seorang SAHABAT untuk memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan.

Entah itu memeluk anak, memeluk istri, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, memeluk Tuhan atau di kantor memulai kerja dengan 'memeluk' orang lain.

Ok SAHABATS,

Have a day full of
SMILE, GOOD WORK, SUCCESS & LOVE

Salam SAHABAT,

END

seorang gadis buta

Ada seorang GADIS BUTA yg membenci dirinya sendiri krn kebutaannya itu, tdk hanya terhdp dirinya, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya yg SELALU ada disampingnya untuk menemani & menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya jika dia BISA melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorg yg mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia, apakah kamu mau menikah denganku?". Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata BUTA, dia MENOLAK untuk menikah dengannya.
Kekasihnya pergi dg air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik2 mata saya".
KISAH diatas memperlihatkan BAGAIMANA PIKIRAN MANUSIA berubah saat status dalam hidupnya berubah, hanya sedikit orang yg ingat BAGAIMANA KEADAAN HIDUP SEBELUMNYA & lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai & menopang bahkan di SAAT yang PALING MENYAKITKAN!