Laman

Senin, 29 Maret 2010

10 Racun Dalam Diri Manusia

10 RACUN DALAM DIRI MANUSIA

Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya : Realitas
Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

Racun kedua : Ketakutan
Gejalany a, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, kesulitan seksual.
Antibodinya : Keberanian
Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian merupakan merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya: Nyiyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya : Bersikap sosial.
Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya : Keyakinan diri.
Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.







Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati.
Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya : Sublimasi
Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya : Kerja
Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya : Kontrol diri
Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya : Cinta kasih
Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia. Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dari ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang.

Nikmati kopinya,bkn cangkirnya :)

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada keluhan tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan porsi besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastic, gelas kristal, gelas biasa, beberapa di antaranya gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah, dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan: "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukan cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain. Sekarang perhatikan hal ini: hati kita bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi adalah cangkirnya. Sering kali karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.

Catatan: Kehidupan yang sesungguhnya adalah hati anda. Apakah anda merasa bahagia dan damai? Apakah anda mencintai dan dicintai oleh keluarga, saudara dan teman-teman anda? Apakah anda tidak berpikir buruk tentang orang lain dan tidak gampang marah? Apakah anda sabar, murah hati, bersukacita karena kebenaran, sopan dan tidak egois?

Hanya hati anda dan Tuhan yang tahu. Namun bila anda ingin menikmati kopi dan bukan cangkirnya, hal-hal yang tidak semarak ini harus lebih mengendalikan anda ketimbang hal-hal semarak seperti pekerjaan, uang dan posisi anda!

Papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger"

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah,karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang Sun Go Kong yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, "Pa liat"! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kaca matanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi "Wah,. Buku Baru ya Jes?", "Ya papa" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. "Baca in Jessi dong pa" pinta Jessica lembut, "Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.

Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu "pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi" Budi mulai agak kesal, "Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya" "pa, mama cibuk, terus, papa liat gambarnya lucu-lucu", "Lain kali Jessica, sana ! papa lagi banyak kerjaan" Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. "pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka", "Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI !!" kata Budi membentaknya dengan keras, Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya "Iya pa,. lain kali ya pa?"

Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah. "pa kalau papa ada waktu, papa
baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger" Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, Buku cerita "Anak-anak pembawa perdamaian"(terbitan KORPAR Choice Katedral), belum pernah dibacakan bagi dirinya.

Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk!!" beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabok yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih "Jessi takut pa, jessi takut ma, Jessi sayang papa mama" darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.

Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan
Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana,.. pun tidak terpenuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali, ",...papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger" kata-kata jessi terngiang-ngiang kembali.

Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita "Anak-anak pembawa perdamaian" yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. "Jessi dengar papa baca ya" selang beberapa kata,.. hatinya memohon,.lagi "Jessi papa mohon ampun nak" "papa sayang Jessi"
Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menagis,..memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai.

Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita Karena ia Peduli kepada kita

ADAKAH "PERHATIAN TERBAIK" ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ?

BERILAH "PERHATIAN TERBAIK" WALAUPUN ITU HANYA SEKALI

Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ?

DO IT NOW

Berilah "PERHATIAN TERBAIK" bagi mereka yang kita cintai LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA

Keyakinan Dalam Agama Buddha

Keyakinan Dalam Agama Buddha
Oleh: Willy Yandi Wijaya

Pentingnya Keyakinan

Sebagai umat Buddha, kita tentunya mempunyai keyakinan terhadap Buddha, Dharma dan Sangha. Namun, dalam Agama Buddha, keyakinan yang harus dimiliki tidak sama dengan keyakinan dalam agama lain. Sebelum membahas lebih lanjut bagaimana keyakinan (saddha) dalam agama Buddha, kita harus tahu bahwa keyakinan sangat penting bagi pengembangan dan pelatihan batin sehingga membawa kebahagiaan. Di dalam Anguttara Nikaya III, 206 disebutkan bahwa keyakinan terhadap agama Buddha merupakan salah satu dari lima ‘kekayaan’ yang dimiliki oleh seorang umat Buddha. Di dalam Anguttara Nikaya III, 127 juga disebutkan bahwa umat Buddha harus mengembangkan keyakinan terhadap ajaran Buddha.

Mengapa keyakinan penting? Sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan, keyakinan atau Saddha dapat membentuk pikiran benar dengan pengembangan ke dalam diri. Sedangkan pengembangan pikiran cinta kasih (metta), pikiran melepas dan memberi (dana) dan pikiran welas asih (karuna) adalah pengembangan pikiran benar secara aktif seperti yang disebutkan di dalam Samyutta Nikaya 45.8 dengan objek pelatihan ke luar yang melibatkan orang lain. Jadi Saddha (keyakinan) merupakan suatu bentuk pelatihan pikiran benar yang dikembangkan hanya dengan pikiran sendiri tanpa melibatkan orang lain. Jadi keyakinan merupakan salah satu aspek yang mendukung pikiran benar.

Keyakinan sangat penting karena mendorong kita untuk membuktikan sendiri ajaran Buddha. Dilukiskan oleh Nagarjuna bahwa keyakinan mendahului pemahaman karena tanpa keyakinan bagaimana bisa memahami. Namun, keyakinan dalam agama Buddha bukan sekedar keyakinan terhadap suatu makhluk tertinggi yang akan menyelamatkan kita jika meyakininya. Untuk mencapai pencerahan sebagai makhluk suci (arahat), keragu-raguan juga perlu dilenyapkan dengan keyakinan terhadap kebenaran realitas dunia ini (Dharma).


Keyakinan Sudut Pandang Buddhis

Keyakinan dalam agama Buddha disebut Saddha. Objek keyakinan dalam agama Buddha ada tiga, yaitu:
1. Buddha
2. Dharma
3. Sangha

Perlu diingat bahwa keyakinan terhadap Buddha, Dharma maupun Sangha bukanlah keyakinan terhadap bentuk objeknya, seperti patung, kitab suci, atau biksu. Namun, keyakinan yang benar adalah keyakinan terhadap makna dibalik simbol tersebut, seperti keyakina terhadap Buddha mewakili keyakinan terhadap seorang guru (Buddha) yang perlu diteladani. Beliau mencontohkan bagaimana perilaku-perilaku yang baik (sila), ucapan yang bermanfaat, pikiran yang positif. Keyakinan terhadap Dharma juga bukanlah keyakinan buta terhadap ajaran yang tertulis dalam kitab suci. Keyakinan terhadap Dharma adalah keyakinan terhadap ajaran Buddha yang diwujudkan melalui praktik nyata dan langsung. Keyakinan terhadap Sangha mewakili keyakinan terhadap kemampuan setiap orang untuk mencapai tahap pencerahan seperti Buddha. Keyakinan terhadap Sangha juga mempunyai makna bahwa kita perlu menyebarkan kebenaran kepada orang lain agar berada di dalam jalan pelatihan spiritual.

Ciri-ciri Keyakinan Dalam Buddhis

Seperti yang telah disebutkan, keyakinan dalam Agama Buddha mempunyai bentuk yang berbeda dengan keyakinan dalam agama lain. Ada 2 ciri keyakinan dalam buddhis, yakni:
1. Membuka pandangan; meliputi keterbukaan dan keingintahuan
2. Praktik; meliputi ritual (puja) dan pelaksanaan moralitas (sila) yang benar

Membuka pandangan adalah ciri yang membedakan keyakinan dalam buddhis dengan yang lain. Umat Buddha berkeyakinan dengan mendasarkan pikiran yang terbuka terhadap ajaran lain. Bila tidak disertai dengan keterbukaan, keyakinan dalam Agama Buddha akan sama dengan agama lain. Membuka pandangan dengan kebijaksanaa akan menghindari kefanatikan umat Buddha. Keyakinan menghindari kebijaksanaan berkembang menjadi skeptisme berlebihan yang bersumber dari ego. Jadi dalam keyakinan dibutuhkan suatu pandangan benar yang sejalan dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Pandangan benar yang akhirnya akan membuka wawasan kebijaksanaan yang murni dan tidak ternoda yang akan membawa kepada pencerahan sejati.

Pratik adalah bentuk keyakinan dalam buddhis. Praktik berdasar keyakinan dapat diwujudkan melalui tindakan nyata. Bentuknya adalah implementasi ajaran Buddha dalam perbuatan, ucapan dan pikiran yang benar. Moralitas dilaksanakan sebagai wujud keyakinan. Selain itu, praktis keyakinan bisa diwujudkan melalui ritual (puja). Tentunya ritual yang dilaksanakan dilakukan dengan pemahaman yang benar. Ritual dapat meningkatkan keyakinan, namun jangan menjadi ikatan dan salah pengertian. Ritual yang baik adalah perenungan terhadap perbuatan yang dilakukan selama ini dan pengembangan pikiran penuh cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan.


Daftar Pustaka

Dhammika, Ven. S. 2004. Dasar Pandangan Agama Buddha. Surabaya: Yayasan Dhammadipa Arama.
Sangharakshita, Ven. 2004. Jalan Mulia Berunsur Delapan. Jakarta: Karaniya.
Wijaya, Willy Yandi. 2008. Pandangan Benar. Yogyakarta: Insight Vidyasena Production.

dhammapada

Dhammapada
BAB IX. PAPA VAGGA – Kejahatan

(121)
Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir: "Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

Dhammapada Atthakatha :

Kisah Bhikkhu Yang Ceroboh

Ada seorang bhikkhu, setelah menggunakan barang-barang perabotan, seperti dipan, kursi panjang, dan peralatan milik vihara, meninggalkannya begitu saja barang-barang itu di halaman, tidak mengembalikannya ke tempat semula, sehingga terkena hujan dan matahari, dan menjadi sarang semut-semut putih. Ketika bhikkhu-bhikkhu lain menegurnya karena kebiasaannya yang tidak bertanggung jawab, dia akan menjawab dengan ketus :

"Saya tidak mempunyai maksud untuk menghancurkan barang-barang tersebut, lagipula barang-barang itu hanya mengalami kerusakan kecil", dan lain-lain. Selanjutnya dia meneruskan kebiasaan yang sama.

Ketika Sang Buddha akhirnya mengetahui hal tersebut, Beliau memanggil bhikkhu tersebut dan berkata kepadanya :

"Kamu seharusnya tidak meremehkan perbuatan buruk, walau sekecil apapun, karena itu akan menjadi besar jika kamu melakukannya sebagai kebiasaan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Māvamaññetha pāpassa
na maṃ taṃ āgamissati
udabindu nipātena
udakumbho’pi pūrati
bālo pūrati pāpassa
thoka thokam’pi ācinaṃ."

Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir:
"Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes,
demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kejahatan.

Selasa, 23 Maret 2010

Tradisi Warga Tionghoa

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa

Tradisi CENG BENG & BUDDHA DHAMMA

Sukhā matteyyatā loke, atho petteyyatā sukhā’ti
”Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini;
berlaku baik terhadap ayah juga kebahagiaan”
(Dhammapada 332)


Dalam budaya masyarakat Tionghoa, ada lima festival besar yang dirayakan dengan sukacita dan meriah. Adapun lima festival itu adalah:
1. Festival Musim Semi (Imlek) yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1 (Cia Gwee) penanggalan Imlek;
2. Festival Ceng Beng, jatuh setiap tanggal 5 April menurut penanggalan Masehi;
3. Festival Musim Panas, jatuh setiap tanggal 5 bulan 5 (Go Gwee) menurut penanggalan Imlek;
4. Festival Musim Gugur, jatuh setiap tanggal 15 bulan 8 (Pe Gwee) menurut penanggalan Imlek;
5. Festival Musim Dingin, jatuh setiap tanggal 22 Desember menurut penanggalan Masehi.
Setiap festival memiliki makna, ciri khas, maksud dan tujuan tersendiri. Di samping itu, setiap festival juga memiliki makanan khas tersendiri pula. Imlek memiliki makan khas Kue Keranjang, Ceng Beng memiliki makanan Ketupat Opor Ayam, Musim Panas (Peh Cun, Indonesia) memiliki makan Bakcang dan Kue Cang, Musim Gugur (Tiongchiu) memiliki makanan Kue Bulan, dan Musim Dingin (Tangche) memiliki makanan Wedang Onde.

Dalam budaya masyarakat Tionghoa, dalam setahun ada dua persembahyangan yang ditujukan bagi keluarga yang telah meninggal, yaitu: sembahyang bulan 3 yang dikenal Ceng Beng, dan sembahyang di bulan 7 (Cit Gwee) yang dikenal Cioko atau Chau Tu. Apakah bedanya?

Sembahyang Ceng Beng adalah sembahyang yang ditujukan untuk keluarga yang telah meninggal yang masih dikenali, sedangkan sembahyang Cit Gwee atau Cioko lebih bertujuan ditujukan kepada keluarga yang telah dilupakan (makhluk-makhluk terlantar) oleh sanak keluarganya, yang terjadi karena keluarga mereka telah meninggal semua (generasinya habis) dan keluarga mereka telah meninggalkan agama leluhurnya, menganut agama baru yang tidak menekankan bakti kepada leluhur.

Pada saat Ceng Beng menjelang, masyarakat Tionghoa mendatangi makam keluarga mereka. Mereka datang untuk membersihkan makam-makam itu dari semak belukar, dari sinilah maka Ceng Beng berarti Bersih dan Terang, mengacu kepada makam leluhur yang dibersihkan. Setelah makam bersih, mereka melakukan tradisi ”Tee Coa” dengan ”Ko-Coa,” yaitu melempar kertas emas atau perak (Gin Cua/Kim Cua) untuk menandai makam keluarga mereka.

Ada banyak cerita berkenaan dengan latar belakang munculnya tradisi Ceng Beng, yang pada intinya semua cerita ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki bakti kepada kedua orang tua kita dan para leluhur. Mengingat jasa-jasa mereka amat sangat besar kepada kita, anak-anaknya.

Dalam Sigalovada Sutta, kita bisa juga melihat begitu besarnya jasa orang tua kepada anak-anaknya. Mereka telah mencegah anaknya dari tindakan jahat, mendorong anaknya berbuat kebajikan, memberi anaknya pendidikan dan keterampilan, mencarikan pasangan, dan menyerahkan warisan ketika saatnya tiba.

Tidak berlebihan kalau dalam Aṅguttara Nikāya, Sang Buddha mengumpamakan ayah dan ibu laksana dewa, dewa tingkat tinggi, yaitu Brahma, dengan ungkapan, ”Brahma ti matapitaro”. Dalam sutta ini, Beliau pun menjelaskan bahwa orang tua, ayah dan ibu sebagai Pubba-achariya, guru awal, guru pertama bagi anak-anaknya.

Dalam bagian lain dalam Kitab Aṅguttara Nikāya, Sang Buddha menyatakan; ”Saya nyatakan bahwa ada dua orang yang tak pernah bisa dibalas budinya. Siapakah keduanya itu? Ayah dan Ibu.”

”Walaupun seseorang menggendong ibunya di bahu kanan dan ayahnya di bahu kiri, dan saat melakukan ini ia hidup seratus tahun; jika ia melayani mereka dengan mengusapi mereka dengan minyak, memijat, memandikan, dan menguruti kaki dan tangan mereka, seandainya mereka buang air sekalipun, semua itu belumlah cukup yang dilakukannya terhadap orang tuanya, dan ia belum membalas budi mereka. Seandainya seorang anak menempatkan orang tuanya sebagai raja cakkavati yang memiliki tujuh harta, belum cukup juga yang ia lakukan kepada orang tuanya, ia belum membalas budi mereka. Mengapa demikian? Ayah dan ibu sungguh berjasa terhadap anak-anaknya: mereka melahirkan, membesarkannya, memberinya makan, dan menunjukkan dunia kepada anaknya.”

”Namun, seseorang yang mendorong orang tuanya yang tidak punya keyakinan, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam keyakinan; seseorang yang mendorong orang tuanya yang tidak bermoral, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam kemoralan; seseorang yang mendorong orang tuanya yang kikir, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam kedermawanan; seseorang yang mendorong orang tuanya yang tersesat dalam kegelapan batin, menempatkan dan mengukuhkan mereka dalam kebijaksanaan. Anak seperti ini telah melakukan yang cukup bagi orang tuanya; ia telah membalas budi mereka dan lebih dari membalas budi terhadap apa yang dilakukan orang tuanya kepadanya.”

Karena itulah, berbahagialah kita sebagai anak yang masih memiliki orang tua, kita masih memiliki kesempatan untuk membalas jasa mereka. Tetapi bagi kita yang sudah tidak lagi memiliki orang tua, tidak perlu bersedih, masih ada bakti yang dapat kita tunjukkan kepada mereka dengan pelimpahan jasa (pattidana).

Sumber :
* Aṅguttara Nikāya
* Hari-hari Raya Tionghoa

Bintang Laut

Ketika fajar menyingsing, seorang lelaki tua berjalan-jalan di pinggir pantai
sambil menikmati angin laut yang segar menerpa bibir pantai.



Di kejauhan dilihatnya seorang anak sedang memungut bintang laut dan
melemparkannya kembali ke dalam air. Setelah mendekati anak itu, lelaki tua itu
bertanya heran;



'Mengapa engkau mengumpulkan dan melemparkan kembali bintang laut itu ke dalam
air?', Tanyanya.



'Karena bila dibiarkan hingga matahari pagi datang menyengat, bintang laut yang
terdampar itu akan segera mati kekeringan.' Jawab si kecil itu.



'Tapi pantai ini luas dan bermil-mil panjangnya.' Kata lelaki tua itu sambil
menunjukkan jarinya yang mulai keriput ke arah pantai pasir yang luas itu.



'Lagi pula ada jutaan bintang laut yang terdampar. Aku ragu apakah usahamu itu
sungguh mempunyai arti yang besar.' Lanjutnya penuh ragu. Anak itu lama
memandang bintang laut yang ada di tangannya tanpa berkata sepatahpun. Lalu
dengan perlahan ia melemparkannya ke dalam laut agar selamat dan hidup.



'Saya yakin usahaku sungguh memiliki arti yang besar, sekurang-kurangnya... bagi
yang satu ini.' Kata si kecil itu.



Teman, kita sering kali mendambakan untuk melakukan sesuatu yang besar, namun
sering kali kita lupa bahwa yang besar itu sering dimulai dengan sesuatu yang
kecil

SI MURUNG DAN SI CERIA

Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung. Seperti namanya Ceria
mempunyai sifat periang, selalu gembira dan tersenyum. Sebaliknya Murung
mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.

Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum
gembira dan membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan sedih. Mereka lalu
berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.

Si Murung menginginkan telepon genggam. Selama ini jika pergi dengan teman-
temannya sering kali ia meminjam telepon genggam milik temannya. Orang
tuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang
dan gembira.

Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam itu dibungkus oleh orang
tuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya. Sepulang
sekolah, Murung segera masuk ke kamar dan melihat ada kado di sana.
Cepat-cepat ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika mendapatkan
di dalamnya berisi telepon genggam. Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama.
Kemudian ia murung lagi
karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya
lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif,
sehingga kado itu menjadi beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah
omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.

Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda. Orang tuanya membungkus
kotoran kuda dan diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan murung.
Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut melihat ada kado di kamarnya. Dengan
sergap ia membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata yang
didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk. Mukanya kebingungan
sejenak.Tetapi ia segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu
mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah
ini."

Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka. Orang tuanya
sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran
kuda kok senang sih?". Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian
sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya,
pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti
ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya"

***

Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan selalu berpikir
bahwa ia selalu akan menerima yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam
penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi beban
penderitaan yang sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut, dan
khawatir.

Minggu, 21 Maret 2010

baksos korban banjir

namo buddhaya,

rekan2 se dhamma mari kita smua berbuat bajik kmbali dengan berdana kepada korban bencana banjir di karawang.
mari kita semua sebagai umat buddhist mengembangkan cinta kasih, membantu memperingan penderitaan saudara2 kita.

mari kita membantu dengan :
- tenaga
- waku
- materi

bila ada yg berkenan harap hubungi :

bpk. budi priatna : 08567101055
jenny wijaya : 085715463900

atau dana dpt di kirim ke sekretariat KMB Dhammapadipa ( Vihara Buddha Guna )
Jl. IR H. Juanda no. 1 A karawang Jawa barat
tlp 0267 - 7006060


maha anumodana

Jumat, 19 Maret 2010


Burung dengan sebelah sayap

Burung dengan sebelah sayap

Oleh : Gede Prama

Seorang SAHABAT dengan potensi tinggi, mengeluh berat setelah pindah-pindah kerja di lebih dari lima tempat.

Tadinya, saya fikir ia mencari penghasilan yang lebih tinggi.

Setelah mendengarkan dengan penuh empati, SAHABAT ini rupanya mengalami kesulitan dengan lingkungan kerja.

Di semua tempat kerja sebelumnya, dia selalu bertemu dengan orang yang tidak cocok. Di sini tidak cocok dengan atasan, di situ bentrok dengan rekan sejawat, di tempat lain malah diprotes bawahan.

Kalau SAHABAT di atas berhobi pindah-pindah kerja, seorang SAHABAT saya yang lain punya pengalaman yang lain lagi.

Setelah berganti istri sejumlah tiga kali, dengan berbagai alasan yang berbau tidak cocok, ia kemudian merasa capek dengan kegiatan berganti-ganti pasangan ini.

Seorang pengusaha berhasil punya pengalaman lain lagi. Setiap kali menerima orang baru sebagai pimpinan puncak, Ia senantiasa semangat dan penuh optimis. Seolah-olah orang baru yang datang pasti bisa menyelesaikan semua masalah. Akan tetapi, begitu orang baru ini berumur kerja lebih dari satu tahun, maka mulailah kelihatan busuk-busuknya. Dan ia pun mulai capek dengan kegiatan berganti-ganti pimpinan puncak ini.

Digabung menjadi satu,

seluruh cerita ini menunjukkan bahwa kalau motif kita mencari pasangan - entah pasangan hidup maupun pasangan kerja, sebaiknya dilupakan saja.

Bercermin dari semua inilah, maka sering kali saya ungkapkan di depan lebih dari ratusan forum, bahwa fundamen paling dasar dari manajemen sumber daya manusia adalah : manajemen perbedaan Yang mencakup dua hal mendasar : menerima perbedaan dan mentransformasikan perbedaan sebagai kekayaan.

Sayangnya, kendati idenya sederhana, namun implementasinya memerlukan upaya yang tidak kecil Ini bisa terjadi, karena tidak sedikit dari kita yang menganggap diri seperti burung yang bersayap lengkap. Bisa terbang (baca : hidup dan bekerja ) sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain.

Padahal, meminjam apa yang pernah ditulis Luciano de Crescendo, kita semua sebenarnya lebih mirip dengan burung yang bersayap sebelah Dan hanya bisa terbang kalau mau berpelukan erat-erat bersama orang lain.

Anda boleh berpendapat lain, namun pengalaman, pergaulan
dan bacaan saya menunjukkan dukungan yang amat kuat terhadap pengandaian burung bersayap sebelah terakhir.

Di perusahaan

hampir tidak pernah saya bertemu pemimpin berhasil tanpa kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Di keluarga

tidak pernah saya temukan keluarga bahagia tanpa kesediaan sengaja untuk 'berpelukan' dengan anggota keluarga yang lain.

Di tingkat pemimpin Negara

orang sehebat Nelson Mandela dan Kim Dae Jung bahkan mau ……… berpelukan bersama orang yang dulu pernah menyiksanya.

Lebih-lebih kalau kegiatan berpelukan ini dilakukan dengan penuh cinta.

Ia tidak saja merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, mentransformasikan kegagalan menjadi keberhasilan, namun juga membuat semuanya tampak indah dan menyenangkan. Makanya, penulis buku Chicken Soup For The Couple Soul mengemukakan, cinta adalah rahmat Tuhan yang terbesar.

Demikian besarnya makna dan dampak cinta, sampai-sampai ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Rugi besarlah manusia yang selama hidupnya tidak pernah mengenal cinta. Ia seperti pendaki gunung yang tidak pernah sampai di puncak gunung. Capek, lelah, penuh perjuangan namun sia-sia.

Ini semua, mendidik saya untuk hidup dengan pelukan cinta.
Di pagi hari ketika baru bangun dan membuka jendela, saya senantiasa berterimakasih akan pagi yang indah. Dan mencari-cari lambang cinta yang bisa saya peluk. Entah itu pohon bonsai di halaman rumah, ikan koi di kolam, atau suara anak yang rajin menonton film kartun. Begitu keluar dari kamar tidur, akan indah sekali hidup ini rasanya kalau saya mencium anak, atau istri.

Melihat burung gereja yang memakan nasi yang sengaja diletakkam di pinggir kali , juga menghasilkan pelukan cinta tersendiri. Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang.

Demikian juga dengan di kantor, godaan memang ada banyak sekali. Dari marah, stres, frustrasi, egois sampai dengan nafsu untuk memecat orang.

Namun, begitu saya ingat karyawan dan karyawati bawah yang bekerja penuh ketulusan, dan menghitung jumlah perut yang tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan, energi pelukan cinta entah datang dari mana.

Kembali ke pengandaian awal tentang burung dengan sebelah sayap.

Tuhan memang tidak pernah melahirkan manusia yang sempurna.

Kita selalu lebih di sini dan kurang di situ. Atau sebaliknya. Kesombongan atau keyakinan berlebihan yang menganggap kita bisa sukses sendiri tanpa bantuan orang lain, hanya akan membuat kita bernasib sama dengan burung yang bersayap sebelah, namun memaksa diri untuk terbang.

Sepintar dan sehebat apapun kita, tetap kita hanya akan memiliki sebelah sayap, Mau belajar, berjuang, berdoa, bermeditasi atau sebesar dan sehebat apapun usaha kita, semuanya akan diakhiri dengan jumlah sayap yang hanya sebelah, Oleh karena alasan inilah, saya selalu ingat pesan seorang SAHABAT untuk memulai kehidupan setiap hari dengan pelukan.

Entah itu memeluk anak, memeluk istri, memeluk kehidupan, memeluk alam semesta, memeluk Tuhan atau di kantor memulai kerja dengan 'memeluk' orang lain.

Ok SAHABATS,

Have a day full of
SMILE, GOOD WORK, SUCCESS & LOVE

Salam SAHABAT,

END

seorang gadis buta

Ada seorang GADIS BUTA yg membenci dirinya sendiri krn kebutaannya itu, tdk hanya terhdp dirinya, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya yg SELALU ada disampingnya untuk menemani & menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya jika dia BISA melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorg yg mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia, apakah kamu mau menikah denganku?". Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata BUTA, dia MENOLAK untuk menikah dengannya.
Kekasihnya pergi dg air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik2 mata saya".
KISAH diatas memperlihatkan BAGAIMANA PIKIRAN MANUSIA berubah saat status dalam hidupnya berubah, hanya sedikit orang yg ingat BAGAIMANA KEADAAN HIDUP SEBELUMNYA & lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai & menopang bahkan di SAAT yang PALING MENYAKITKAN!