Laman

Rabu, 22 September 2010

Mutiara Didalam Diri Kita

Na paresaæ vilomâni. Na paresaæ katâkataæ. Attano va avekkheyya. Katâni akatâni ca : Janganlah menghiraukan omongan orang lain yang menyakitkan telinga; janganlah ikut campur mengawasi tugas yang telah atau belum dikerjakan orang lain. Perhatikan dan periksalah tugas diri sendiri, baik yang sudah atau belum dilaksanakan. KHUDDAKA NIKAYA, ITIVUTAKA : 14

MUTIARA PENCERAHAN ITU ADA DALAM DIRI KITA

Ini sebuah kisah Zen. Alkisahnya, ada seekor kodok yang baru saja pergi dari berjalan – jalan di daratan. Ketika kembali berenang di kolam, dia bertemu dengan seekor ikan mas yang telah mengenalnya.

“Halo Tuan Kodok, Anda dari mana saja ?”, “Oh, saya baru saja datang dari berjalan – jalan di daratan”, jawab Sang Kodok.

“Daratan ? Apa itu daratan ? Saya belum pernah mendengar ada tempat yang bernama daratan”.

“Daratan adalah tempat di mana Anda dapat berjalan – jalan diatasnya”, Sang Kodok mencoba menerangkan tentang daratan pada Si Ikan Mas.

“Oh ya, dapat berjalan – jalan diatasnya ? Saya tidak percaya bahwa Anda baru saja dari daratan. Menurut saya, tidak ada tempat yang disebut daratan”, Si Ikan Mas membantah dengan sengit.

“Baiklah jika Anda tidak percaya, yang pasti saya tadi memang datang dari daratan”, balas Sang Kodok dengan sabar.

“Tetapi, Tuan Kodok, coba katakan pada saya, apakah daratan itu dapat dibuat gelembung, jika saya bernafas didalamnya ?”

“Tidak”. “Apakah saya dapat menggerakkan sirip – sirip saya didalamnya ?” “Tidak”. “Apakah tembus cahaya ?” “Tidak”. “Apakah saya dapat bergerak mengikuti gelombang ?” “Tidak, tentu saja”, jawab Sang Kodok dengan sabar.

“Nah, Tuan Kodok, saya sudah menanyakan Anda tentang daratan dan semua jawaban Anda adalah “Tidak” dan itu berarti daratan itu tidak ada”, Si Ikan Mas menjawab dengan perasaan puas.

“Baiklah, jika Anda berkesimpulan seperti itu. Yang jelas, saya tadi memang datang dari daratan dan daratan itu nyata adanya”, Sang Kodok menjawab sambil berlalu.

Si Ikan Mas, karena dia adalah seekor ikan yang hidupnya di air maka dia tidak pernah mengetahui bahwa ada dunia lain selain dunia airnya. Karena dia hanya mengenal dunia air maka semua pertanyaan yang diajukan tentang daratan, tetap berkaitan dengan dunia air.

Sebaliknya Sang Kodok, dia dapat hidup di dua dunia, dunia air dan daratan. Karenanya, Sang Kodok mengerti bahwa ada dunia lain selain dunia air tempat para ikan hidup.

Dia mengerti sepenuhnya dunia air, dia juga mengerti sepenuhnya daratan karena dia sudah mengalami pengalaman empiris di dua dunia itu.

Demikian pula dengan Sang Buddha. Sang Buddha mengerti sepenuhnya alam duniawi beserta segala fenomenanya dan Nibbana sebagai pembebasan dari segala fenomena.

Karena Beliau telah mengalami pengalaman empiris kehidupan duniawi dan pencapaian Nibbana.

Kita adalah si ikan mas yang keras kepala. Sepanjang kita belum pernah mengalami pencapaian Nibbana, seberapa hebatnya Sang Buddha menerangi tentang Nibbana, kita tidak akan mengerti.

Sang Bukan berarti gagal mencerahi kita. Kebodohan kita sendirilah yang menghalangi pencerahan yang mestinya terjadi.

Mutiara pencerahan itu ada dalam diri kita. Sang Buddha telah menunjukkan jalannya. Kini yang perlu kita lakukan hanyalah meneguhkan hati untuk menjalani jalan yang telah ditunjukkan tersebut.

Mengalami sendiri pencapaian Nibbana dan mengerti apakah Nibbana itu dengan sepenuhnya. Dan menjadi orang yang memenangi pertarungan yang sejati.

SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA :

Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar