“Semoga semua mahluk hidup, Yang telah dilahirkan ataupun yang belum lahir,
Semoga semuanya tanpa terkecuali merasakan kebahagiaan, Semoga mereka semuanya terbebas dari penderitaan”. ANGUTTARA NIKAYA, II. 72
Demikian yang telah kudengar. Pada suatu ketika, Sang Buddha tinggal di Savasti, di hutan Jeta di tengah taman Anathapindhika. Pada saat itu, Yang Mulia Bhikkhu Mogalana baru memiliki 6 kekuatan bathin (Sad Abhinna). Ia ingin membebaskan orang tuanya yang terlahir di alam sengsara. Dengan mata bathinnya, ia melihat ibunya terlahir sebagai setan kelaparan. Karena ibunya terlalu lama tidak mendapatkan makanan dan minuman maka hanya kulit saja yang membalut tulang di tubuhnya. Melihat hal ini, timbul rasa kasihan dalam diri Yang Mulia Bhikkhu Mogalana. Beliau mengisi patta (* Mangkok) – nya dengan makanan dan mengirimnya kepada sang ibu. Saat sang ibu menerimanya, ia memasukan makanan tersebut kedalam mulutnya tetapi makanan tersebut berubah menjadi arang yang membara dan iapun tidak dapat memakannya. Yang Mulia Bhikkhu Mogalana berteriak sekerasnya dan menangis melihat ibunya, ia kemudian menemui Sang Buddha untuk mencari jalan keluar dari masalah ini.
Sang Buddha menyabdakan bahwa karma buruk yang dimiliki ibu nya sangat berat dan berakar dalam. Dengan kekuatan sendiri, tidak akan mampu mengakhiri semua ini. Walaupun rasa bhakti mampu menggetarkan langit dan bumi, namun dewa langit, dewa bumi, peganut ajaran lain, para Brahmana bahkan raja adikuasa dari Catur Maharajika dan sebagainya pun tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk membantu. Kekuatan spriritual perkumpulan sangha dari 10 penjuru yang akan mampu untuk mewujudkan kebebasan ini. Sekarang Aku uraikan cara yang membawa keselamatan bagi semua penderitaan serta akar rintangan karma.
Sang Buddha bersabda kepada Yang Mulia Bhikkhu Mogalana bahwa bulan ke 7 hari ke 15 penanggalan lunar adalah hari Pavarana Sangha bagi perkumpulan Sangha (* Kumpulan bhikkhu / bhikkhuni min. 5 orang) di sepuluh penjuru. Untuk kepentingan 7 generasi orang tua di kehidupan yang lampau dan juga ayah atau ibu di kehidupan sekarang yang hidup dalam keadaan yang sangat menyedihkan maka engkau harus menyediakan dan mempersembahkan nasi dan bermacam macam sayur, dupa, minyak, pelita, perlengkapan istirahat dan semua barang terbaik yang diperuntukan bagi Sangha dari 10 penjuru. Pada hari itu, seluruh anggota Sangha, baik yang sedang bermeditasi di gunung – gunung yang telah mencapai tingkat Sotapana atau yang sedang berjalan dibawah pohon pohon atau yang telah memperoleh 6 kekuatan bathin (Sad Abhinna) dan sedang menjalankan kewajiban mengajarkan Dharma : kebenaran terluhur kepada para Savaka atau Pacceka Buddha di berbagai daerah, Bodhisttva Mahasattva yang berstatus Dasa Bhumi ( 10 tingkat bhumi ) dapat menjelmakan dirinya sebagai Bhikkhu, Bikkhuni dan berbaur dalam perkumpulan Sangha. Rombongan Arya tersebut datang ke tempat suci itu, bukan hanya menerima dana makanan. Tetapi mereka akan mempergunakan kewibawaan, kemampuan dan kebajikan mereka dari perilaku sila suci mereka. Jasa jasa agung itu mereka limpahkan kepada para leluhur atau orang tua para dermawan baik yang masih hidup atau kedua orang tua dermawan baik itu. Barang siapa mengadakan persembahan sangha ini maka orang tua – nya yang masih hidup dan leluhurnya yang telah meninggal dari 7 generasi di masa silam dan juga kerabatnya yang dekat akan terlepas dari 3 alam sengsara. Pada saat mereka dibebaskan secara cepat, mereka akan mendapatkan makananan dan pakaian. Jika orang tuanya masih hidup, mereka akan mendapatkan umur panjang dan tubuh yang sehat. Para leluhur dari 7 generasi di masa silam akan terlahir kembali di alam bahagia dan bebas memasuki sinar Mandarwa surga dan hidup penuh kebahagaiaan.
Pada hari upacara Ulambana yang diadakan oleh Yang Mulia Bhikkhu Mogalana, Sang Buddha yang mengumumkan dan meminta para Bhikkhu, Bhikkhuni dan Para Savaka Sangha yang telah berada di berbagai daerah untuk berkumpul. Guna mengadakan ritual pembacaan mantra dan pelimpahan jasa, kepada orang tua para dermawan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal beserta 7 generasi leluhur di masa lalu. Seusai meditasi, barulah mereka menerima dana dan makanan beserta sajian lainnya yang sebelumnya diletakan di altar Buddha atau dikelilingkan pada stupa Buddha, setelah mereka membaca doa, dana baru dibagikan.
Pada saat upacara Ulambana selesai Yang Mulia Bhikkhu Mogalana bersama para Bhikkhu, Bhikkhuni dan Bodhisattva lainnya merasa sangat bergembira. Mulai saat itu perasaan duka Yang Mulia Bhikkhu Mogalana lenyap dan saat itu juga ibu Yang Mulia Bhikkhu Mogalana terbebas dari satu kalpa penderitaan di alam setan kelaparan. Yang Mulia Bhikkhu Mogalana berkata kepada Sang Buddha, sekarang ibu bersyukur karena diberkati oleh kekuatan jasa kebajikan dari Triratna beserta kebajikan dari kekuatan spiritual yang mengagumkan dari perkumpulan Sangha.
Apabila di kemudian hari putra putri yang berbudi, siswa Sang Buddha melakukan ritual Ulambana ini dan memberi persembahan kepada sangha, akankah mereka dapat menyelamatkan leluhur mereka seperti 7 generasi leluhur yang telh meninggal pada masa lalu ?
Sang Buddha menjawab, sadhu, sadhu, sadhu,...Saya sangat senang mendengar pertanyaanmu. Sesungguhnya hal – hal demikian penting itu telah siap Ku – uraikan kepada umat sekalian, akan tetapi perhatianmu telah mendahuluiku, wahai orang orang yang berbudi, apabila terdapat Bhikkhu, Bhikkhuni para raja, pangeran atau pejabat kerajaan serta para rakyat jelata berhasrat ingin berbakti, membalas kepada budi kedua orang tuanya yang telah melahirkan atau membalas 7 generasi keturunannya di masa silam, mereka dapat menyediakan berbagi macam makanan serta sajian lainnya pada hari Pavarana Sangha itu yang jatuh pada setiap tanggal 15 bulan 7 lunar, mengadakan upacara Ulambana memberi persembahan kepada perkumpulan Sangha yang datang dari 10 penjuru sehingga ayah bunda mereka yang masih hidup mendapatkan umur panjang dan sehat tanpa penderitaan bathin dan fisik, bebas dari bencana.
Sedangkan orang tua mereka yang telah meninggal beserta 7 keturunan generasi ayah ibunya dapat keluar dari alam setan kelaparan dan mereka dapat dilahirkan kembali di alam manusia atau bahkan alam dewa.
Barangsiapa yang ingin berbakti kepada leluhurnya serta kedua orang tua yang masih hidup, mereka seyogyanya senantiasa mengingat kedua orang tuannya yang masih hidup atau sudah meninggal itu. Setiap tahun tanggal 15 bulan 7 lunar, mengadakan upacara ulambana, memberi persembahan kepada buddha dan sangha, melimpahkan jasa kepada orang tua mereka di kehidupan sekarang dan 7 generasi di masa silam. Demikianlah semoga semua murid murid Sang Buddha dapat menghayati Dharma Sang Buddha yang amat berharga ini.
Pada saat itu Yang Mulia Bhikkhu Mogalana beserta keempat kelompok murid murid Buddha merasa gembira setelah mendengarkan kotbah Sang Buddha. Mereka bertekad untuk mempraktikannya.
SABBE SATTA SABBA DUKKHA PAMUCCANTU – SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA : Semoga semua makhluk hidup terbebaskan dari derita dan semoga semuanya senantiasa berbahagia,...sadhu,...sadhu,...sadhu,...
* Untuk konsultasi, silakan ke HP 0819880604 dan add BlackBerry anda ke nomor Pin 216DE234.
OLeh : Pdt. DM. Peter Lim, S.Ag, MBA, M.Sc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar